Lihat ke Halaman Asli

Mohamad Gozali

Pendidik di Madrasah Ibtidaiyah

Kembalikan Merdeka Belajar: Menyingkap Tirai Penjajahan Pendidikan

Diperbarui: 4 Agustus 2023   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: doc pribadi

Di bawah angkasa luas nan biru, langkah-langkah para pencari ilmu berjejal, menggapai harap di perjalanan yang penuh tantangan. Pendidikan, bagai prosesi suci yang membentang dari masa lalu hingga masa depan, kini harus merenung dalam riak arus zaman yang keruh. Meskipun sekolah-sekolah berusaha menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas dan eksplorasi, namun tak terelakkan, di balik tirai kebebasan, tersembunyi jeratan penjajahan yang menggelayuti jiwa para pelajar.

Kemerdekaan belajar, sebuah hak kodrat yang seharusnya mengalir deras dalam jiwa setiap insan yang berjalan di bumi ini. Namun, kenapa terasa begitu asing bagiku? Kenapa kebebasan penuh dalam mencari ilmu terkadang hanya menjadi khayalan yang menghilang di tengah lorong-lorong pikiran yang terkekang?

Puing-puing harapanku hancur terpampang di hadapanku. Rasanya seolah-olah beban yang tak terhingga mengikat kaki-kaki lemahku, menyulitkan setiap langkah yang kuambil. Bagaimana bisa kebebasan yang semestinya mengalir deras dalam jiwaku, kini terasa begitu asing, begitu jauh dari genggaman?

Setiap insan seharusnya berhak merasakan kemerdekaan belajar, menggapai ilmu sebebas-bebasnya, namun mengapa aku terjebak dalam belenggu yang menyiksa ini? Sosokku yang rapuh seakan tenggelam dalam rasa cemas, ragu, dan ketakutan. Aku ingin terbang bebas seperti burung-burung di langit biru, menyusuri hutan ilmu yang tak terbatas, namun kenapa sayap-sayapku terasa terputus?

Lorong-lorong pikiranku terkekang oleh norma-norma yang mengikat, tuntutan-tuntutan yang tak henti menuntut kesempurnaan. Aku takut untuk bertanya, takut untuk mencoba, takut untuk gagal. Ketakutan ini membuatku terjebak dalam zona nyaman yang sempit, tak berani keluar dari ruang kesempurnaan yang hampa akan kebebasan.

Sungguh, aku merindukan getaran semangat untuk belajar yang menyala-nyala, namun nyala itu semakin redup seiring berjalannya waktu. Aku ingin bergabung dengan sang pencerah, mereka yang merangkai mimpi dengan helaian-helaian ilmu, tapi mengapa rasa takut selalu mengintai dan mengikatku dalam penjara ketidakberdayaan?

Tapi aku tidak boleh menyerah! Meski hatiku hancur, aku akan membangkitkan semangat untuk berjuang. Aku akan berdiri teguh, membebaskan diri dari jerat-jerat ketakutan. Aku akan berani mengambil risiko, mencoba, dan belajar dari kegagalan. Karena aku percaya, bahwa di balik kelamnya ketidakberdayaan, terdapat cahaya kebebasan yang tersembunyi.

Aku akan merangkai kembali impian-impianku, melepaskan belenggu yang mengikat jiwaku. Kemerdekaan belajar adalah hak kodratku, dan aku akan meraihnya kembali dengan gigih. Meskipun terkadang khayalan itu menyergap, aku akan tetap berjuang, karena aku tahu, kebebasan sejati akan datang saat aku berani melangkah keluar dari zona nyaman dan mengejar ilmu dengan segenap jiwa dan raga.

Aku adalah seorang pejuang, dan ini adalah peperangan untuk kebebasan penuh dalam mencari ilmu. Aku akan menari dengan riang di hutan ilmu yang luas, menyanyikan lagu kebebasan yang akan mengalun merdu di setiap langkahku.

Seperti burung-burung indah yang terkurung dalam sangkar, kami terpaksa menghadapi kenyataan pahit: terikat oleh rantai-rantai sistem yang membelenggu langkah kami. Kurikulum yang seakan-akan menjebak imajinasi kami dalam ruang sempit, mengikat sayap-sayap kami yang ingin mengarungi angkasa pengetahuan. Beban tugas, semakin menumpuk, tak pernah ada ujungnya, seolah menyulitkan setiap hembusan nafas kami.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline