Dalam diri manusia terdiri dari beberapa elemen, jasmani dan ruhani, ada akal yang mampu membedakan kebaikan dan keburukan, juga ada hawa nafsu yang selalu mengajak kepada hal negatif.
Banyak manusia yang hancur dikarenakan menuruti hawa nafsunya, serta tak mau memakai daya akal sehatnya, sehingga derajat lebih rendah daripada hewan melata. Sungguh hal ini sangat disayangkan karena ia akan menjadi manusia yang rugi.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Mizan al-Amal menjelaskan ada tiga kategori manusia dalam mengahadapi hawa nafsunya, yaitu:
Pertama, orang yang dikalahkan oleh hawa nafsunya, ia selalu dikendalikannya sehingga ia terjerumus dalam kehinaan. Yang masuk kategori ini adalah kebanyakan manusia pada umumnya.
Kedua, orang yang kadang mampu mengalahkan hawa nafsunya, kadang ia dikalahkannya.
Ketiga, orang yang mampu mengalahkan hawa nafsunya, ia mampu mengarahkan nafsunya untuk hal positif, atau nafsu tak berkutik dihadapannya.
Namun ketiga kriteria ini sangat sulit dipraktikkan, terutama ketika dihadapkan dalam urusan politik dan kekuasaan, maka banyak orang yang tertipu, bahkan banyak ulama' yang berambisi menduduki jabatan sekalipun tak luput dari godaan hawa nafsu walaupun ia berdalih dengan mengatasnamakan agama.
Maka dari itu orang yang beruntung adalah orang yang mampu menghadirkan kebesaran Tuhannya di segala lini kehidupan, ia selalu mengingatnya tak hanya melalui lisan, tapi juga mengamalkan perintah-Nya, serta mencoba menahan diri dari godaan hawa nafsu yang selalu mengajak untuk berbuat kejahatan dan kemaksiatan.
Dengan ilmu dan keimanan yang tinggi manusia akan selalu menang dalam mengahadapi pengaruh hawa nafsu, dan ia akan menjadi manusia yang mempunyai derajat yang tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H