Di akhir musim penghujan, Paijo sebagai supir buah-buahan rela mengorbankan waktunya, meninggalkan keluarga berhari hari, untuk mengantarkan sayuran ke kota yang membutuhkan waktu beberapa hari. Suatu ketika, ia bertemu dengan sahabat karibnya yang bernama Tarmin di sebuah warung kopi, tadinya ia tidak mengenali sahabatnya karena sudah puluhan tahun sudah tidak bertemu.
"Kopi hitam mas, airnya sedikit saja".ia bilang ke penjual warung kopi.
"Iya bang, tunggu sebentar ya, tadi ada mas itu yang duduk di depan pesan duluan."tuturnya sambil senyum.
Lalu Paijo ikut duduk bersama orang itu. Dan ia bertanya kepadanya:
"Ngopi mas"
"Iya bang, terima kasih". Jawab Tarmin dengan santun.
"Ngomong-ngomong, Mau kemana mas?".Paijo bertanya.
"Mau ke desa Mekar Jaya bang, Abang tahu?".
"Iya tahu, itu kan tempat saya tinggal, emang mau cari siapa?".
"Saya mau bertemu sahabat akrab saya, namanya Paijo, dulu sekolah di SD Kampung" Jarang Pulang", kecamatan Janda Kembang". Jelasnya
Sontak Paijo keheranan, dan bertanya diri sendiri:"jangan jangan saya yang dimaksud".gumamnya.
Setelah ngobrol lama, ternyata betul si Tarmin itu sahabatnya Paijo. Mereka langsung berpelukan. Lalu Paijo bertanya kepadanya: "sebetulnya kamu jauh jauh kesini ada keperluan apa?"ia sambil melihat wajahnya dengan serius.
"Usahaku sekarang sukses, berkat nasehatmu, dulu kamu pernah mengatakan:"nasib orang tak ada yang tahu, terutama nilai bagus di sekolah, tak menjamin kesuksesan seseorang, yang pada saat itu saya paling tertinggal di kelas, berkat usaha yang gigih dan serius serta terbuka dengan siapapun, memudahkanku memperoleh jaringan yang lebih luas."tuturnya sambil berapi api.