Lihat ke Halaman Asli

Tergiur Gaji Tetap

Diperbarui: 3 Juli 2017   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Desakan ekonomi membuat orang lupa akan kanan kirinya. Berbagai hal dilakukan untuk membuat dapur masih mengepul asapnya, sehingga banyak orang tergiur akan gaji tetap yang selalu didambakan. Mereka rela berkorban untuk mendapatkannya, walau ratusan juta sebagai modalnya. Jujun seorang anak kampung yang berkeinginan untuk merantau ke Jakarta demi mengais rupiah sebagai kuli bangunan.

"Mak, saya pamit dulu hendak ke Jakarta untuk mengadu nasib di sana, mohon doa restunya."Ia sambil bersalaman.

"Iya, Emak doain semoga dilancarkan dan dimudahkan semuanya".

"Amin."Ia mengamini ibunya.

Jujun berangkat dengan temannya yang sudah lama di sana. Ia teringat petuah gurunya yang menasehati dirinya.

"Kalau kamu kerja nanti, tidak usah mengaharapkan gaji tetap, tapi mending tetap bergaji."tutur gurunya.

"Maksudnya apa guru?"ia bertanya.

"Kalau gaji tetap maksudnya gaji kamu tidak bertambah, segitu saja dan tetap di satu pekerjaan itu, berbeda dengan tetap begaji, kamu kerja atau tidak, masih ada pemasukan tiap hari atau bulannya, serta kreatif dalam mencari pemasukan yang lain." tutur sang guru.

Dengan petuah yang masih terngiang dipikiran, ia mencari terobosan sembari kerja bangunan, dan mengembangkan bakat lain, sehingga mendaptkan tambahan gaji. Beberapa tahun kemudian, ia menjadi bos rongsok barang bekas yang omsetnya milyaran rupiah.

Setelah ditelusuri, ternyata kesuksesannya dari sebuah motto gurunya yang berbunyi: tetap bergaji lebih baik daripada gaji tetap, hal ini menjadi hidupnya luar biasa dibanding teman temannya.

Depok, 3 Juli 2017, 22.19 WIB




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline