Lihat ke Halaman Asli

Tergiur Diskon

Diperbarui: 1 Juni 2017   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertengahan puasa biasanya pasar maupun mall memberikan diskon besar-besaran. Masyarakat antusias untuk berburu diskon barang-barang yang dibutuhkan. Mereka rela antre untuk mendapatkan potongan. Tak mau ketinggalan, si Kity janda beranak tiga segera berangkat ke sana setelah tetangganya pulang membawa tentengan barang belanjaan.

"Mbak, banyak banget belanjaannya?" Kity bertanya.

"Iya, Mbak, ada diskon besar-besaran di sana," tutur si tetangga sambil memperlihatkan bawaannya.

"o... Saya segera ke sana kalau begitu," kata Kitty sambil melihat tentengan tetangga.

Kemudian si janda membawa anak terakhirnya, karena takut kehabisan, ia segera berangkat menuju pasar. Sesampainya di sana, ia langsung memilih barang yang ia butuhkan, mulai pakaian anak pertama sampai anak terakhir. Kemudian setelah dirasa cukup belanjanya, ia langsung menuju kasir. Tak disangka, antreannya panjang luar biasa. Beberapa jam ia menunggu gilirannya. Ia merasakan pusing kepala, ditambah anaknya nangis terus. Dan yang lebih parah lagi, ketika mendapatkan giliran pembayaran, ia mencari uang yang ada di dompetnya tidak ada. Tas dibolak-balik, dan ternyata belum ketemu.

"Mbak, ada yang bisa dibantu?" Kasir bertanya.

"Maaf, Mbak, saya cari dulu dompet saya sebentar ya," tutur Kitty dengan wajah pucat.

"Mbak, kalau dirasa dompetnya belum ketemu, silakan tunggu di sebelah kiri sini karena antrian masih banyak," Kasir menjelaskan dengan sopan.

"Oh iya, Mbak," Kity polos menjawab.

Kemudian si janda maju ke sebelah kiri kasir. Beberapa menit ia mencari masih belum mendapatkan dompetnya. Ia teringat dompetnya tertinggal di atas meja makan. Lalu ia berbicara sama kasir untuk pulang terlebih dahulu untuk mengambil dompetnya. Tak disangka kasir berkata, "Maaf, Mbak, barang yang sudah dipilih kalau belum bisa dibayar, akan dikembalikan lagi ke tempatnya lagi."

Akhirnya ia pulang dengan perasaan sedih dan marah dalam hatinya. Ia menyadari bahwa ketakutan diskon habis yang membuatnya lupa diri sampai tidak membawa dompet. Ia sungguh menyesal atas kejadian ini, dan sebagai pengalaman berharga dalam hidupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline