Lihat ke Halaman Asli

Mohamad Aby Gael

Mahasiswa S1 Antropologi, Universitas Airlangga

Sajak Nasi Bungkus

Diperbarui: 5 Desember 2020   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Setapak dahaga, merangsang nafas
Aku berpamit pada gubuk mewahku
Sejujurnya aku cemas
Jikalau, hiruk pikuk dunia luar
Menawarkan kemewahan fantastis
Dan aku digombalinya disentuhnya, padahal itu palsu

Silau cahaya rumah ibadah menjadi pilihan
Di tepian pelataran
Observasiku, tertuju pada sekepal nasi bungkus
Berjejerlah antrean, pelan, dan tak sabar
Aku pun terhanyut dalam barisan
Nasi bungkus, aku datang

Terdengar suara melintas
"Hei, mengapa ikut antri? Kau kan anak orang berada"
Siapa itu? Aku tolah-toleh
Nasi bungkus pun dalam genggaman
Sontak aku terdiam, apa yang salah dengan nasi bungkus?
Mungkin ini variasi warna-warni dunia

Aku terombang-ambing, tak tentu arah
Dengan nasi bungkus
Yang masih dalam genggaman, dan juga pikiran

Entah bagaimana kaki ini melangkah
Hingga tiba di depan cafe kekinian
Aku mengintip
Pemuda polos nan lugu membawa nasi bungkus ke dalam
Gerombolan teman gaulnya, menahan tawa, memandang rendah, menyudutkannya
Mereka pun duduk bak konferensi bundar
Pemuda polos itu meminta pelayan
"Mbak, minta piring keramik putih bersih ya"
Dituangnya lauk nasi bungkus itu
Simsalabim
Seketika teman-temannya menjadi normal
Bersahaja, seolah lupa tentang sebelumnya

Simbol nampaknya telah dilekatkan orang-orang
Pada makanan yang dibungkus oleh kertas minyak
Seakan menceritakan
Ini makanan golongan bawah
Jika tidak benar-benar terpaksa
Kau tak boleh memakannya

Petang tak terasa menyambut
Lampu hias kota pun memancar terang
Tukang nasi goreng keliling
Menjadi objek pengamatanku selanjutnya

Ah, akhirnya seorang pembeli tiba
Setelah nasi komat kamit di atas wajan
Dan tingkah penjual bak atraksi sirkus
Dibungkusnya dengan kertas minyak
Dan.. tak terjadi apa-apa
Ha? Pembeli malah berucap terima kasih?
Mengapa ia tidak merasa direndahkan?

Secercah jalan terang ku dapatkan
Makna nasi bungkus itu dapat berbeda
Jika kita sengaja membelinya

Lelah mendatangi
Aku pun pulang ke gubuk
Dan menjadi kaum rebahan
Menonton TV 14 inch gemeresekku

Apa? Berita menyiarkan nasi bungkus di Senayan?
Berita juga memberitakan nasi bungkus di sudut kota London?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline