Lihat ke Halaman Asli

Mohamad Aby Gael

Mahasiswa S1 Antropologi, Universitas Airlangga

Sajak Cinta Untukmu Bu

Diperbarui: 25 November 2020   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu, aku mendengar tapak kaki daya juangmu

Dalam rahim kemuliaan, ditemani tali pusar dan jari mungilku

Memori melodi tembang Jawa mengayun syahdu

Mengantar nina boboku, lupakan tingkah lugu


Ibu,

Adalah engkau payung semesta

Adalah engkau bahtera surga

Adalah engkau embun dahaga

Adalah engkau mantel dinginnya asa

Adalah engkau cawan penghapus gundah

Adalah engkau sesempurnanya sosok

Adalah engkau penyair ulung,

Tak lewat nada, tak butuh rima, hanya indah suara


Kini ku di sepertiga jatah waktu kabanyakan orang

Dan nampaknya yang disebut "hidup" tak terasa hidup, Bu

Aku bimbang dan musam

Jikalau syairku tak pernah ku dendangkan

Di hadapan paras letihmu, di tulus dan lirih suaramu


Sebutlah aku buah hatimu, Bu

Secuil kalimat,

Menghempas semua pujian dan cacian yang datang di sepanjang waktuku


Ibu, 

Senandung petuahmu bergemah

Mendinginkan arogansiku

Menetes bak air wudhu

Menyejukkan rada dan sukmaku

Menepis pilu, penunjuk langkahku

Kala tiba waktu subuh

Jemari itu, menceritakan banting tulangmu, Bu


Ibu,

Jika esok masih kelabu

Bolehkah aku tetap menangis dalam pangkuanmu?

Layaknya masa kecil dulu


Soal masa depan,

Ku percaya pada rajutan doa yang kau untai tak kenal waktu, Bu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline