Dalam gelap malam yang tak bertepi
Dan gonggongan anjing yang saut-menyaut
Kerasnya goncangan pikiran, berdansa lembut dengan suara hati
Aku merunduk, menafsirkan hidup
Wahai Tuna Wisma!
Lapangan hatiku, tak selapang hatimu
Tidurlah merangkul sunyi, dan dalam mimpi nirwanamu,
Tempeleng aku yang tak punya belas kasih
Wahai Tukang Becak!
Daya saingku keras! Namun.. tak sekeras betismu
Kayuh, kayuh terus kemewahanmu,
Injak aku yang bangga akan "apa-apa"
Wahai Sopir-sopir Mikrolet!
Teknologiku mengalir amat deras, tapi kecut dihadapan dedikasihmu tuk melestari
Dempul terus mikroletmu,
Sedang aku kewalahan mendempul otakku
Wahai Pemulung!
Pengaisan ilmuku, kalah jauh dibanding tekunmu mengais pundi-pundi emas
Pungutlah dengan sungguh,
Dan aku di sini masih sibuk memunguti kata-kata sajakku
Memang bodoh benar aku!
Disiplin kalian jelas!
Disiplinku plin-plan, kadang tak waras!
Kalian khatam tujuan!
Aku, aku dirantai dan diborgol kepentingan!
Ajari aku memuai dengan aspal jalanan
Yang di baliknya,
Banyak gelora perjuangan,
Mekarnya harapan,
Dan buahnya keikhlasan.
Surabaya, 22 November 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H