Lihat ke Halaman Asli

Moh Rudi

Pedagang buku yang senang menulis dan jalan-jalan

Aku, Buku, dan Kurir Paket Itu

Diperbarui: 26 Juli 2024   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi. Menyerahkan hasil lelang buku untuk Palu-Donggala

Aku, Buku, dan kurir paket itu


Oleh M. Rudi

"Buku memberiku banyak hal, teman, saudara, sedikit uang untuk hidup, dan juga cinta"


Kalimat di atas kerap saya ulang-ulang dalam tulisan / status saya di media sosial. Rangkaian kalimat yang memang menggambarkan perjalanan hidup saya yang tak lepas dari buku selama puluhan tahun. 

Saya adalah pecinta buku yang juga sekaligus hidup darinya. Kok bisa? Iya, saya adalah pecinta buku yang kemudian memilih profesi sebagai pedagang buku. Profesi yang menurut Richard Oh, seorang Sutradara film, kepada saya bertahun silam, sebagai profesi yang tak akan menjadikanmu kaya raya. 

Richard Oh bukan tanpa alasan mengatakan itu, selain dikenal sebagai seorang Sineas, Richard juga dikenal luas sebagai pemilik toko buku QB, toko buku yang banyak menjual buku-buku import dan menggabungkannya dengan Kafe dan perpustakaan. 

Tak sampai disitu, Richard juga membuat lini penerbitan buku yang menerbitkan banyak buku bergenre sastra. Dia bukan cuma seorang pebisnis buku, tapi sekaligus juga seorang penulis. Lengkap sudah, Richard Oh benar-benar mencintai buku hingga ke tulang sumsumnya.

Apa yang dikatakan Richard tadi jelas sudah dipahaminya dengan baik. Dia seorang penulis, memiliki penerbitan, toko buku, hingga perpustakaan.  Ketika Richard mengatakan hal itu, saya sendiri sesungguhnya juga sudah memahaminya. 

Jika di ibaratkan sebuah jalan, buku memang tak serupa jalan raya yang ramai, profesi penjual buku adalah jalan setapak yang sunyi, sebuah profesi yang jelas tak akan mampu membuatmu membeli Lambhorgini. 

Hidup adalah pilihan, kata orang, celakanya saya memilih melangkah di jalan setapak sunyi seperti yang saya sebut tadi. Memilih tidak menjadi kaya jelas bukan cita-cita, semua orang ingin menjadi kaya, saya hanya merasa tak berbakat menjadi kaya, itu saja. Sejak dulu saya hanya ingin melakukan pekerjaan yang benar-benar saya suka dan nikmati.

Saya adalah anak kampung di pinggiran Cirebon, dimana tradisi membaca bahkan bersekolah, pada masanya dianggap bukan hal yang terlalu penting. Pendidikan formal saya tak sampai tamat SD, saya hanya melalui pendidikan sederhana di Pesantren tradisional, namun begitu saya senang membaca sejak kecil. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline