Lihat ke Halaman Asli

Santri Nusantara

Diperbarui: 2 Juni 2019   15:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Santri harus menjadi orang yang mampu memadukan tiga peradaban dunia. Foto dari: (Pewartanusantara.com).

Santri adalah identitas manusia yang selalu berkerabat dengan ilmu, pengetahuan, dan akhlak. Santi juga merupakan salah satu senjata dari awal beridirinya Indonesia. Sudah begitu banyak para santri mengukir sejarah mereka yang tak kenal takut melawan para penjajah bangsa ini dengan luar biasa, dengan pengorbanan, raga dan harta serta air mata demi tanah air tercinta ini. Sekarang sudah waktunya bagi seorang santri membangun legendanya sendiri melalui cerita-cerita dan kisah yang menyusuri kebenaran jalan Tuhan, dengan meneladani akhlak Nabi. 

Pendidikan yang dijalani santri selama ini merupakan model pendidikan asli Indonesia yang berkembang sejak lama di Nusantara yakni pendidikan sistem pesantren dan pemondokan. Pendidikan ini berorientasi pada pendalaman ilmu agama, moral dan budi pekerti yang nantinya melahirkan generasi-generasi kyai dan ulama.

Konsep pendidikan semacam ini masih tetap dijalankan secara asli khususnya pesantren-pesantren salafi. Namun selain itu, pula terdapat banyak pesantren yang tetap menjalankan konsep ini tetapi juga memasukkan pelajaran-pelajaran umum yang disebut pesantren kholafi. Di sisi lain terdapat konsep pendidikan lain seiring cepatnya arus globalisasi dan sangat kontras dengan konsep pendidikan asli Indonesia, yakni konsep pendidikan nasional dengan konsep pendidikan Barat. Pandangan yang kedua ini tidak menerima konsep yang pertama dengan alasan sistem pesantren atau pemondokan merupakan konsep pendidikan yang sudah kuno dan tidak relevan lagi serta kembali lagi pada zaman purbakala, anti materislisme dan ant individualisme.

Santri harus menjadi orang yang mampu memadukan tiga peradaban dunia ini. Yakni peradaban Nusantara, peradaban Barat, peradaban Timur. Dalam hal ini, sistem pendidikan yang ada di Indonesia harus segera dipadukan. Yakni sekolah-sekolah agama dengan dipadukan karakter sekolah umum. Yang nantinya akan melahirkan ulama yang cendekiawan dan berwawasan luas dan akan mampu menyesuaikan dengan arus globalisasi dan tidak tergerus oleh zaman. Begitu pula sekolah-sekolah umum mampu memadukan dengan karakter pendidikan agama, yang nantinya akan melahirkan produk ilmuan yang agamis dan bermoral bukan sekuler. Perpaduan seperti ini akan mampu mengatasi masalah secara komprehensif bukan parsial.

Walaupun saat ini sistem pendidikan Indonesia sudah mengarah dan terealisasikan mengarah kesana, tapi setidaknya bisa lebih dimaksimalkan kembali. Sebab santri harus menjadi potensi SDM yang moderat dan inklusif yang mampu dan berpeluang untuk mengarah kesana.

Santri tetaplah santri, jiwa gotong-royong dan saling tolong menolong yang melekat erat dalam diri mereka serta intelektualitas dan budi pekerti mereka, diharapkan mampu membangun dan memajukan peradaban Indonesia dan saatnya bagi mereka untuk menorehkan tinta emas dalam sejarah bangsa ini dengan kisah-kisah yang dramatis dan heroik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline