Lihat ke Halaman Asli

Tentang Kuliah, Gengsi, dan Pekerjaan Part I

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menjelang masa sebelum penyerahan judul skripsi, saya sudah mendapati ketakutkan akan waktu yang akan terbuang percuma tanpa hasil, tidak produktif, jika kegiatan harian saya hanya untuk membaca buku untuk menunjang referensi kuliah saya. Maka diputuskan untuk sesegera mungkin melamar pekerjaan.

Menyebar lamaran ke beberapa sekolah swasta yang memungkinkan menerima saya dan memounyai jam mengajar yang cukup banyak. Beberapa panggilan pun didapat, beberapa tiada kabar dan tak sedikit yang judes dan terang-terangan langsung berkata, tidak ada lowongan.

Saat pemanggilan pun ada beberapa cerita, sekolah swasta yang saya lamar mempunyai ciri khas akan kekentalan agamanya. Saya ditanya mengenai usia dan dilanjutkan dengan pertanyaan yang cukup membuat saya mengerutkan dahi, “kumis dan jenggot kamu kemana? Seharusnya diusia kamu sudah ada jenggot dan kumis” saya melongo.

Di tempat lain saya didiskriditkan karena tempat kuliah saya yang bukan PTN dan terlebih masih mahasiswa. Saya terima saja.

Ahirnya ada satu sekolah swasta yang mau menerima saya. Tahun pertama mengajar cukup berat, mendapat porsi 30 jam mengaja, menjadi wali kelas dan mengisi eksul berenang untuk anak kelas rendah.

Teman-teman satu kelas di kampus saya ajak juga untuk memulai mencari kesibukan di luar kelas kuliah, seperti mengajar atau bekerja di suatu tempat.

Lalu, hari itu datang, sekitar tiga bulan setelah masa wisuda berahir, ahirnya teman-teman kelas bertebaran ke semua jenis pekerjaan. Mengambil jurusan pendidikan bahasa inggris, teman-teman saya sangat beragam dalam pekerjaan, ada yang masih betah dengan kegiatan SPG, ada yang sudah serius mengajar di satuan pendidikan tingkat dasar, menengah bahkan ada yang sudah dengan hebatnya bekerja di satuan pendidikan di sekolah tinggi atau universitas sebagai pengajar. Dan beberapa diantaranya masih berkutat dengan skripsi. Beberapa juga ada yang memutuskan untuk menunda masa bekerja dengan melanjutkan masa belajar untuk mendapatkan master.

Banyak juga yang bekerja di luar dunia pendidikan, diantara sebagai banker, bekerja di perusahaan nasional atau multinasional. Ini juga mengingatkan saya kembali bahwa terkadang dunia kerja itu terkadang tidak ada kaitannya jurusan kuliah yang kita ambil. Selagi kita berkompeten di dunia itu dan mereka percaya dan memberikan kesempatan, maka ya mari kita ambil untuk berkontribusi disana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline