Mengenali Perkembangan Bahasa Ekspresif Sesuai Tahapan Usia Anak
Pada minggu kemarin saya telah membahas tentang bahasa reseptif saat ini saya akan membahas tentang bahasa ekspresif. Apasih bahasa ekspresif? Bagaimana peran bahasa ekpresif? Sebelum lebih menjelaskan lebih lanjut, saya akan mengulik kembali tentang bahasa reseptif, sebab bahasa reseptif dan bahasa ekspresif adalah suatu hal yang berhubungan satu sama lain. Yuk kita ingat terlebih dahulu apa sih bahasa reseptif itu? Jadi bahasa reseptif adalah kemampuan untuk memamahami informasi dalam berbahasa, informasi ini dapat berupa simbl seperti suara, gerakan, tanda symbol. Nahh sudah ingatkan tentang bahasa reseptif, sekarang kita bahas tentang bahasa ekspresif apa bahasa ekspresif itu? Bahasa ekspresif adalah kemampuan anak dalam mengekspresikan atau menyampaikan informasi melalui bahasa verbal atau nonverbal seperti mengungkapkan dengan kalimat atau mengungkapkan dengan bahasa tubuh.
Menurut teori Fizal bahasa ekspresif adalah bahasa lisan dimana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh yang berkoordinasi untuk mengahasilkan sebuah infrmasi yang akan dikomunikasikan. Nahh setelah mengetahui perbedaan bahasa ekspresif dan dan reseptif kini kalian pasti sudah memahami perbedaan nya kan. Antara bahasa ekspresif dan dan reseptif anak terlebih dahulu belajar bahasa reseptif dibandingkan dengan bahasa ekspresif, dan bahkan anak lebih banyak menguasai kosa kata bahasa reseptif dibandingkan dengan bahasa ekspresif, lantas mengapa terjadi demikian? Sederhana nya seperti ini "reseptif" dapat dilogikan berasal dari kata resap pada proses ini anak akan memproses atau meresap sebuah kata untuk memahami informasi yang diterimanya, sedangkan "ekspresif" berasal dari kata ekspresi, memiliki makna bagaimana cara kita untuk mengungkapkan atau mengekspresikan melalui bahasa atau mengomunikasikan melalui mimik wajah. Nahh dengan penjelasan sederhana kita dapat menyimpulkan bahwa sebelum kita mengkomunikasikan sesuatu maka kita harus memahami bahasa informasi yang telah diperoleh, dengan demikian kita baru bisa mengekspresikan keinginan yang dimaksud kepada orang yang dituju.
Suatu saat saya pernah menemukan seorang anak berusia 4 tahun tapi dia kesulitan dalam mengkomunikasikan keinginan nya, dia tidak bisa mengungkapkan keinginan nya untuk buang air kecil, tiba-tiba dia buang air kecil ditempat, dia tidak memberikan komunikasi secara verbal atau non verbal seperti mengadu kepada orang di sekitarnya selayaknya anak-anak pada umumnya. . Hal tersebut dapat dikategorikan gangguan dalam bahasa ekspresifnya.
Contoh lainnya yang bisa kita temui di masyarakat biasanya ketika di dalam kelas taman kanak-kanak, ketika seorang guru memberikan kesempatan anak untuk merespons sebuah cerita, anak malu-malu atau bahkan kesulitan untuk merespons cerita yang diberikan. Dalam kasus ini anak-anak faham dengan penjelasan ceritanya akan tetapi dia kesulitan menyampaikan dengan kata-kata atau menyusun kalimat yang benar untuk disampaikan. Biasanya peristiwa ini terjadi ketika seorang guru memilki sifat pengajaran yang center, dimana guru berperan sangat aktif, sedangkan anak-anak hanya dibiarkan untuk mendengarkan ataupun melihat apa yang sedang guru jelaskan, dalam kata lain di kelas antar guru dan murid yang cenderung aktif adalah gurunya dibanding peserta didik nya.
Bahasa ekspresif ini tidak kalah penting dari bahasa reseptif ya teman-teman, jika anak lemah dalam bahasa ekspresif nya maka akan menjadikan sosok anak yang memiliki mental tidak percaya diri, dan tidak mandiri. Menurut buku yang pernah saya baca mengenai pengembangan SQ for kids, karangan Jalaludin Rakhmat, anak yang tidak percaya diri dan mudal menyerah adalah anak yang sulit dalam mengkomunikasikan pendapat atau mengekspresikan keinginan nya. Nah kedua kemampuan tersebut sangat penting bukan bagi perkembangan bahasa pada anak? baiklah untuk mengenali perkembangan bahasa ekspresif tersebut yuk kita kenali perkembangan nya sesuai dengan tahapan usianya.
- Perkembangan bahasa ekspresif pada usia 0-12 bulan
Kemampuan bahasa ekspresif anak pada usia 0-3 bulan yaitu anak dapat tersenyum ketika disebut namanya, ketika dia tidak menyukai sesuatu hal maka dia akan menggelengkan kepalanya atau bahkan menangis untuk menyatakan penolakan. Anak pada usia ini juga sudah dapat menggerakkan tangan.
Kemudian bahasa anak pada usia 4-6 bulan yaitu anak dapat menanggapi suara ibunya dapat tertawa dengan semangat ketika ada yang mengjaknya bermain, bahkan anak dapat menirukan bahasa orang yang mengajaknya berbicara meskipun hanya bisa huruf vokalnya saja.
Pada usia 7-12 bulan anak dapat diajarkan dengan perintah kecil atau sederhana, seperti "tolong ambilkan bola" setelah anak melakuka hal tersebut maka berikan ekspresi senyuman, jika anak tidak dapat memahami perintah tersebut maka iringi perintah sederhana itu dengan arahan jari atau menunjuk nya.
- Perkembangan bahasa ekspresif pada usia 1-3 tahun
Pada usia ini perkembangan bahasa anak mulai kompleks oleh karena itu sebagai orang dewasa memberikan rangsangan yang baik demi perkembangan ekspresif anak nya. Pada usia ini anak dapat memutuskan pilihannya, oleh karena itu sebaiknya rang tua memberikan kesempatan anak untuk memilih apa yang dia inginkan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk menyampaikan pendapatnya. Pada usia ini anak bisa diajak bermain mendengarkan dongeng kemudian di stimulasi dengan pertanyaan sederhana dari cerita tersebut, agar kosa kata anak semakin berkembang.
- Perkembangan bahasa ekspresif pada usia 3-5 tahun
Pada usia ini perkembangan bahasa anak sudah sangat kompleks, anak harus mampu menyampaikan keinginan nya dengan bahasa yang baik dan tertata. Anak juga dapat menyampaikan bahasa ekspresifnya secara verbal seperti menunjukan dengan gerakan tangan ataupun ekspresi wajah.