Lihat ke Halaman Asli

Akulah Pewaris Cerita

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pantas. Karena itu kami pergi. Dari sekian juta bahkan milyaran aksara yang dapat tersusun, hanya “pantas” yang pantas. Berkali kami merasa sampai seperti jasad raga kami. Bergerak tak lagi merasa. Kalau saja hati kami jalang, kami akan melacur melepas suci. Mendoktrin hati bermesum ria. Bersenang melecehkan kaum-kaum peradaban dari sebagian hominid.

Sayang hati ini sudah berkongsi dengan manah dari raga seorang dara. Membuat kami tak dapat lari sebagai ksatria tangguh yang tak takut mati. Menjadi pengecut yang berharap kembali karna tak kuasa kabur dari sebuah pelarian adalah pilihan. Menjijikan.

Namun itulah hati para pendusta. Mencoba berdiri dari keraguan. Hanya terus berharap dan berdiskusi dengan kosong. Menderita, melankoli yang “pantas”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline