Lihat ke Halaman Asli

Kang Moenir

Berproses menjadi sesuatu

Tiga Kereta Jenazah Kuno, Jejak Freemasonry di Salatiga?

Diperbarui: 15 Mei 2021   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Tiga kereta jenazah peninggalan Belanda ditemukan di sebuah garasi (gudang tua) di Salatiga, Jawa Tengah.

Sejumlah relief diduga  symbol Freemansonry tergambar di bagian-bagian kereta ini. Salah satunya adalah lambang piramida dengan sebuah mata di puncaknya. Freemasonry konon adalah sebuah organisasi bawah tanah yang memiliki pengikut di seluruh dunia yang berisi para elit cerdik cendikia.

Garasi tiga kereta jenazah ini ada di persimpangan Jalan Taman Pahlawan dan Jalan Candi Sari, Kota Salatiga. Bangunan berukuran 4x6 meter bercat merah muda tersebut adalah bangunan peninggalan zaman Belanda. Hal itu bisa dikenali dari arsitekturnya, berupa temboknya yang tinggi, serta daun pintunya berbahan kayu jati tebal setinggi tiga meter, berbentuk setengah lingkaran di bagian atasnya.

Sejak pertama kali ditemukan, ketiga kereta jenazah kuno peninggalan era pemerintah Hindia Belanda ini telah dua kali dipamerkan kepada khalayak ramai.

"Pertama September 2017, kedua minggu kemarin waktu HUT Kota Salatiga. Lokasinya sama-sama di halaman Kantor Kelurahan Kutowinangun Lor," kata Warin Darsono (30), Kamis (26/7/2018) siang.

Warin bisa dikatakan adalah "Juru Kunci" tiga kereta jenazah ini. Sebab dia adalah orang yang pertama menginisiasi untuk membuka gudang tua tersebut pada tahun 2012. Maklum saja, keberadaan gudang tersebut oleh masyarakat Salatiga selama ini banyak diliputi cerita mistis.

"Awalnya sih waktu kecil itu ada informasi kereta, cuman hanya sekedar ingin tahu dimananya informasinya cuman itu. Pada saat kecil itu tahunnya kereta itu yang saya pikirkan itu gerbong kereta, bukan kereta semacam ini," jelasnya.

Berkat kegigihan Warin, gudang tersebut berhasil dibuka dan menjawab rasa penasaran warga tentang apa sebenarnya isi gudang tersebut. Sejak saat itu, Warin bersama sejumlah pegiat warisan sejarah Salatiga secara swadaya merawat ketiga kereta jenazah kuno ini.

Secara kasat mata, tiga kereta bercat hitam ini berbahan kayu jati dengan berbagai ornamen ukiran di sejumlah bagiannya. Dua kereta panjangnya masing-masing 3.5 meter, sedangkan satu kerata lagi mempunyai ukuran lebih panjang, yakni 4.5 meter.

dokpri

Kondisi fisik ketiga kereta ini relatif baik. Kereta dengan panjang 4.5 meter bahkan keempat rodanya masih utuh. Diperkirakan dari ketiga kereta tersebut yang paling tua bertarikh 1820 masehi dan yang paling muda dibuat sekitar tahun 1920-an. 

"Ketiga kereta ini memang spesifik untuk kereta jenazah, yang pasti memang untuk mengangkut warga Eropa. Tapi yang tadi ada gambar-gambarnya itu memang kita bisa lihat dan kita bisa compare bahwa gaya tersebut itu memang lebih kepada tradisinya orang-orang Tionghoa ketika itu," ulasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline