Sekitar mendekati pertengahan tahun 2007, saya dipercayakan untuk menjadi ketua pelaksana Temu Bhakti KSR PMI se-Indonesia. Mengingat kegiatan ini akan dihadiri oleh perwakilan mahasiswa se Indonesia, maka saya sebagai ketua pelaksana perlu menentukan tempat acara sekaligus penginapan yang nyaman bagi peserta.
Setelah saya dan tim melakukan survey, satu-satunya tempat yang sesuai acara adalah di wisma Kompas Uneversitas Syiah Kuala (Unsyiah). Tempat tersebut terdapat kamar yang dengan fasilitas yang memadai, dan tersedia juga aula untuk yang cocok digunakan untuk tempat pertemuan.
Seingat saya pada bagian gedung tersebut, tertulis kalimat dengan bacaannya kurang lebih seperti ini: "Gedung Ini dibangun dari hasil pembaca setia harian kompas". Saya membayangkan betapa mulianya hati dari pemilik media tersebut, karena membangun fasilitas publik yang nilai manfaatnya sangat besar untuk mahasiswa.
Kebehasilan media kompas dalam mengepakkan sayapnya sebagai media yang berhasil mencuri hati pembaca. Tidak terlepas dari dedikasi seorang Jacob Oetama, sebagai salah seorang pendirinya.
Meskipuan beliau telah tiada, perjuaangannya dan keteladannya sebagai seorang penulis sekaligus pengusaha, patut menjadi contoh bagi kita semua. Lika-liku kehidupannya, mengawali karir sebagai guru, kemudian keluar dari zona aman tersebut dan merubah hidupnya menjadi sebagai seroang yang sangat sukses.
Jika dirinya tidak keluar dari zona nyaman tersebut, barang kali kanal kompasiana ini tidak pernah ada. Harus saya akui bahwa kanal kompasiana ini sangat bermanfaat bagi saya pribadi dan mungkin juga kebanyakan kompasioner lainnya.
Karena dengan hadirnya kompasiana, telah membuat saya bersemangat dan disiplin dalam menulis. Setiap hari saya selalu menulis satu sampai tiga artikel, ini menjadi media pembelajaran dalam menulis bagi saya, sekaligus sudah mulai mendatangkan rezki dengan mendapat k-reward selama dua bulan berturut-turut.
Menyadari akan hal itu, bagi saya pribadi, rasanya tak elok jika saya tidak menulis tentang sosok Jacob Oetama. Barang kali saja dengan tulisan ini nantinya, akan menjadi inspirasi tersendiri bagi pembaca.
Jakob Keluar dari Zona Aman
Sekitar tahun 1956, Jacob muda mengambil sebuah keputusan yang bisa dikatakan sangat berani (nekat). Beliau keluar dari profesinya sebagai tenaga pengajar (Guru), kemudian berkelana sebagai kuli tinta sebagai redaktur mingguan Penabur.
Dengan kegigihannya bersama sahabatnya Petrus Kanisius Ojong atau lebih dikenal denan P.K. Ojong. Mereka mendirikan majalah Intisari tahun 1963, tak lama kemudian tepatnya pada tahun 1965 mendirikan Harian Kompas.