Lihat ke Halaman Asli

Momentum Gayus

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gayus bisa leluasa keluar rutan ,demikian juga tahanan yang lain membuktikan sistem yang ada tidak dijalankan dengan semestinya.

Gayus telah membukakan mata masyarakat dan membuktikan langsung praktek yang selama ini berlangsung dalam sub sistem hukum dan sub sistem pemerintahan. Selama ini masyarakat sudah merasakan dampak buruk dari sub sistem tersebut namun tidak bisa menunjuk langsung letak kekeliruan dan ketidak beresan yang terjadi.

Sejak tertangkapnya gayus, seharusnya dapat dimanfaatkan dalam perbaikan sub sistem hukum dansub  sistem pemerintahan , yang bisa mengungkapkan dimana letak ketidakberesan tersebut.

Tetapi apa yang terjadi, integritas dan nilai etika (soft control) sudah sirma, moral hanya terpatri  di tempat ibadah dan ID card. Mereka tidak tahu vision dari tugas mereka masing-masing. Mereka bertugas seperti orang berdagang, atasan memberikan tugas dikerjakan, ada yang jual di beli, ada kesempatan diambil. Mereka berpikiran praktis, seolah hidup hanya untuk hari ini, hidup hanya untuk mencari  uang.

Bagaimana membenahi hal ini:

Saya pribadi berpendapat, penyebab mereka berlaku demikian karena budaya materialitas sudah sedemikian parah di negara ini, sistem sosial yang cenderung crosslining dan terutama tidak ada visi yang menyatukan masyarakat yang di cascading dari visi bangsa ini.

Hidup seolah hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik, dan celakanya kebutuhan fisik terinflasi dengan adanya media dan difrensiasi produk dari perusahaan. Coba tengok kebutuhan beras, tidak ada kebijakan suatu varietas beras dan dikembangkan massal yang bisa untuk mencukupi kebutuhan nasional, dengan kebijakan ini petani akan terperhatikan dan seluruh lini akan diperhatikan sehingga pada akhirnya kebutuhan pangan tersedia cukup. Demikian juga kebutuhan fisik lainnya. Belum satu hal ini terpenuhi, media telah mengedepankan gaya hidup yang berlebihan melalui sinetron/film yang munafik tanpa idealisme dan iklan yang yang membodohi tanpa etika. Perusahaan hanya fokus mencari untung karena tidak di barrier oleh sistem yang jelas tentang produk dan etika berusaha. CSR hanya merupakan silih yang tak berarti dibandingkan dosa perusahaan yang telah membodohi masyarakat selama ini dan pengambilan keuntungan yang tak bertanggung jawab dalam proses produksi maupun pengambilan resources yang tak beretika.

Masyarakat telah terkondisi dalam keadaan ini cukup lama, sehingga saat ada masalah, mereka berlaku seperti biasa, seolah akan hilang sendiri dan tak ada pertanggungjawaban berat yang akan diminta.

Jika para petinggi sibuk rapat hari ini untuk memperbaiki sistem terkait lepasnya gayus, saya pesimis akan ada perubahan yang berarti yang bisa dirasakan masyarakat.

Coba dilihat dari penganggaran polri akan remunerasi, berapa banyak yang tidak setuju, tidak hanya DPR, masyarakat juga, sedangkan mereka dituntut kebutuhan. Masyarakat menuntut perbaikan kinerja dulu, dan DPR menuntut quick win dulu. Ya kalau bulan ini perbaikan kinerja bulan berikutnya remunerasi, it's ok. Lha kan tidak. demikian juga instansi lainnya. Masyarakat apatis karena tidak yakin, akan menjadi lebih baik.

Lingkaran setan sosial, memang benar ada setannya, karena ada kedengkian melihat orang lain maju,  baik lebih dulu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline