Lihat ke Halaman Asli

Kebijakan Seorang Guru tentang Kearifan

Diperbarui: 25 Juni 2015   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di suatu padepokan di China,pernah hidup seorang guru yang sangat dihormatu karena kejujuran dan ketegasannya.

Suatu hari dua murid datang menghadap. Mereka bertengkar hebat dan nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hitungan 3x7M murid pandai mengatakan hasilnya 21. Murid bodoh berkukuh mengatakan hasilnya 27.

Murid bodoh menantang murid pandai untuk meminta guru sebagai juri untuk mengetahui siapa yang benar di antara mereka. Si Bodoh pun mengatakan bila dirinya yang benar bahwa tiga kali tujuh sama dengan dua puluh tujuh maka lawannya harus mau dicambuk 10 kali oleh sang guru.

Sebaliknya bila sang lawan yang benar, (3x7=21) maka murid bodoh tadi bersedia untuk memenggal kepalanya. Si bodoh dengan lantang meminta sang guru mengatakan hasil.

Dengan tenang si Guru langsung memvonis 10 kali cambuk bagi murid pandai. Si Murid pandai pun protes. Sang Guru menegaskan bahwa hukuman tersebut bukan ganjaran untuk hasil hitungan melainkan untuk pembelajaran ketidakarifan seseorang yang ngotot berdebat dengan orang yang memang bodoh. "Lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi arif, daripada saya harus melihat satu nyawa terbuang sia-sia," kata sang guru.

*ternyata dalam cerita ini benar-benar mengajarkan diri saya untuk terus melatih menjadi orang yang tidak turut campur urusan orang lain yang tidak memiliki hubungan dengan saya. Tidak meributkan hal-hal remeh, dan membiarkan saja berlalu dengan arif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline