Lihat ke Halaman Asli

Moch Shidiq

Pendidik di Klaten, penulis buku

Pemimpin Hebat dan Terhormat Alihkan Jabatannya Saat di Puncak

Diperbarui: 4 Januari 2023   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketemu sahabat sekolah menunggu hidangan dimanfaatkan untuk mengabadikan gambar (foto : Dok/Diq)

Hampir setiap akhir pekan penulis selalu berkunjung ke Yogyakarta di pastikan makan malamnya mampir ke warung Sate Klatak Pak Pong tidak terlupakan. Ada banyak warung sate di wilayah kekuasaan Sri Sultan Hamengkubuono X itu, ada Sate Sapi Karang Pak Prapto, Berlokasi di Jalan Nyi Pembayun No 16, Kotagede. Sate Kambing Mbah So, berlokasi di Jalan R. Ronggo 32, Kotagede, Sate Kambing Sor Talok, berlokasi di Jalan Pramuka, Bantul dan ada Sate Padang Ajo Buyuang. berlokasi di Jalan Bugisan No.37, Yogyakarta.

Sepertinya hobi makan Sate kambing Gading yang berlokasi di dalam pasar Gading Mantrijeron Yogyakarta tidak dapat dilupakan, meskipun banyak yang mengatakan Sate pemicu darah tinggi. Bagi penulis Sate adalah makanan kesukaan yang bikin selera tinggi dan bikin imun meningkat.


Makan sate kambing bawah lima bulan (Balibul) yang empuk lezat satu kodi ditambah satu Soup dengkil sepertinya masih sanggup untuk menghabiskan. Mungkin ditambah lima tusuk lagi bahkan 30 tusuk pun lidah masih sanggup pula. Namun sebenarnya makan sate 10 tusuk saja Mungkin sudah titik puncak, selebihnya hanyalah nafsu saja.

Kenikmatan makan Sate sebenarnya hanya di sepuluh tusuk pertama, dan selebihnya tidak dapat merasakan nikmat seperti saat di awal. Pada saat makan sepuluh tusuk saya benar-benar merasakan kenikmatan prestasi. Dipastikan saya ingin mengulangi makan di warung itu di lain hari lain.Banyak pejabat yang sangat nyaman dengan posisinya, dua kali periode menjabat adalah suatu titik klimaks kepemimpinan. Selebihnya waktu adalah masa yang tidak berprestasi, dan hanya sekedar mengisi waktu luang dan kantongnya saja. 

Ada berjuta alasan disediakan untuk memperpanjang masa jabatannya, tetapi itu semua hanya permainan tempo saja. Ketidakaadan kader menjadikan sebuah alasan pembenaran. Sebetulnya alasan tersebut menunjukkan kegagalannya pada saat menjabat. Dia tidak ada ethos untuk mencetak generasi penerus yang lebih hebat.Pemimpin yang super adalah pemimpin yang tahu waktu ultimate dan mempersiapkan generasi berikutnya yang lebih hebat. Pemimpin yang prestatif adalah yang tidak pernah mencari alasan memperpanjang masa jabatannya. 

Pemimpin akan tetap hebat dan terhormat jika mengalihkan jabatannya kepada generasi penerusnya saat di puncak prestasi. Dia sungguh mulia, dia sadar bahwa makan itu harus berhenti sebelum kenyang, bukan sebaliknya. (Diq)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline