Lihat ke Halaman Asli

Moch Rio Ferdinand

Siswa MAN 1 Banyuwangi

Merangkul Harmoni dengan Secangkir Kopi

Diperbarui: 8 Juli 2023   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keberagaman suku, agama, bahasa, budaya dan adat istiadat menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang majemuk. Dalam aspek beragama, Indonesia mewajibkan warganya untuk memeluk salah satu agama diantara enam agama telah diakui secara konstitusional di dalam pasal 29 ayat (1) dan (2) UUD 1945. Keragaman agama ini berpotensi menimbulkan sikap intoleran yang mengancam kebhinekaan di Indonesia. Hal ini mungkin kerap kali dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia, namun tidak di kabupaten Banyuwangi.

Siapa yang tidak kenal dengan kabupaten Banyuwangi? Kabupaten yang terletak di ujung timur pulau jawa ini menyimpan pesona destinasi wisata yang menakjubkan dengan keindahan alamnya yang memukau mata memandang, mulai dari pantai-pantainya yang memiliki ombak yang bagus untuk berselancar, hutan-hutannya yang menyimpan keanekaragaman flora dan fauna, bahkan yang paling terkenal yaitu Kawah Ijen yang memiliki blue fire yang hanya ada 2 didunia yaitu di Hawai dan di Banyuwangi itu sendiri, sehingga tak heran jika Banyuwangi sangat menarik minat wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri.

Selain keindahan alamnya yang memukau, Banyuwangi juga memiliki keragaman budaya yang melimpah. Keberagaman ini memberikan warna yang unik dan menarik bagi kota ini, menjadikannya tempat yang istimewa untuk di eksplorasi. Berbagai suku, agama dan etnis  hidup harmonis di kota ini menciptakan keberagaman budaya yang kaya dan menarik.

Suatu kenyataan bahwa masyarakat Banyuwangi merupakan masyarakat yang multikultural yang harus dijunjung tinggi, dihormati dan terus dipertahankan. Dengan saling menerima dan menghormati perbedaan yang ada, masyarakat Banyuwangi dapat hidup rukun dan harmonis dalam kehidupan sehari-harinya.

Maka tak heran jika Banyuwangi dijadikan daerah percontohan dalam hal toleransi beragama di Indonesia. Bagi masyarakat Banyuwangi sendiri toleransi sudah menjadi hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari di Banyuwangi, sehingga dapat menciptakan iklim sosial yang inklusif dan damai.

Untuk mencapai pada titik seperti sekarang ini Banyuwangi tak luput dari kerja keras pemerintah daerah yang selalu menggencarkan program-program toleransi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Banyuwangi terhadap toleransi beragama melalui kegiatan-kegiatan yang menggandeng berbagai masyarakat dengan latar belakang yang berbeda untuk turut ikut ambil peran dalam event-event atau acara pemerintahan di kabupaten Banyuwangi.

Contohnya saja seperti Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) yang menggabungkan berbagai elemen budaya dan suku yang ada di banyuwangi melalui kostum,tarian dan musik. Menghadirkan berbagai perwakilan suku dan agama dalam acara pemerintahan bahkan baru-baru ini pemerintah kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan festival ngopi kebangsaan sebagai salah satu inovasi untuk memperkokoh persatuan dan rasa toleransi di kabupaten Banyuwangi.

Untuk menanggapi maraknya kasus intoleran di Indonesia yang kian marak, Kristanto, pendeta asal Tulungagung  mengungkapkan harapannya agar masyarakat di Indonesia dapat bercermin kepada perilaku toleransi masyarakat Banyuwangi, perlu adanya komunikasi yang  intens baik antara masyarakat yang satu dengan yang lainya maupun antara masyarakat dan pemerintah.

Toleransi di kabupaten Banyuwangi sendiri sudah ada sejak zaman majapahit. Sejak zaman kerajaan-kerajaan kuno di pulau Jawa, Banyuwangi telah menjadi wilayah perdagangan yang strategis sehingga Banyuwangi menjadi tempat pertemuan berbagai suku dan etnis yang berbeda-beda. Perdagangan dan pertukaran budaya menjadi titik awal terciptanya ikatan sosial dan toleransi antar budaya di Banyuwangi dan menjadi landasan untuk kerukunan dan keharmonisan yang berlanjut hingga kini.

Selain itu, agama juga turut berperan penting dalam membentuk nilai-nilai toleransi di Banyuwangi. Agama Islam menjadi agama mayoritas  masnyarakat  Banyuwangi. Islam mengajarkan nilai-nilai toleransi dan persaudaraan sesama individu yang dapat dilihat lewat cara masyarakat berinteraksi satu sama lainya.

Selain itu disusul oleh agama Hindu, Budha, Kristen, Katolik dan Konghucu hadir dan dapat hidup berdampingan dengan damai dan harmonis di Banyuwangi sejak lama. Kehadiran keberagaman inilah yang telah menjadikan identitas Banyuwangi sebagai kota yang menghargai dan menerima keragaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline