Lihat ke Halaman Asli

KANG NASIR

TERVERIFIKASI

petualang

Usreg Menjelang Pilpres

Diperbarui: 4 Januari 2023   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi, Sumber; Lampung Post.

Pada tulisan yang lalu dengan judul Jalan Berliku Menunju Istana (https://www.kompasiana.com/mochnasir/63ace26d0788a34282790023/jalan-berliku-menuju-istana, saya menggambarkan betapa berlikunya proses menuju Istana untuk menduduki Singgasana Kepresidenan. Siapapun yang ingin jadi Presiden pada Pemilu 2024 nanti, harus di daftarkan dulu oleh Parpol di KPU, itupun  masih ada aturan lain yakni Parpol yang berhak mendaftar pasangan capres/Cawapres harus memenuhi Parlemen Threshold (PT) 40%, bagi yang  tidak mencapai 40% PT, harus bergabung dengan parpol lain   untuk memenuhi PT 40% itu. 

Intinya, untuk bisa menduduki singgasana itu, harus didaftarkan dulu melalui parpol ke KPU, setelah dinyatakan resmi, rakyat yang menentukan  melalui pemilihan langsung. Oleh karenanya, dalam kontestasi ini melibatkan partai politik dan jutaan rakyat Indonesia.

Keterlibatan partai politik dalam kontestasi ini adalah kepentingan politik kekuasaan, bukan hanya soal memenangkan capresnya, tapi juga berharap ikut dalam penyelenggaraan pemerintahan jika capres yang diusungnya menang seperti mendapat jatah mentri atau jabatan publik lainnya dalam kabinet.

Adapun keterlibatan rakyat dalam memilih presiden ini  tentu beragam kepentingan. Ada yang betul betul  ingin menyampaikan aspirasinya  berharap negara akan lebih baik jika calon yang dipilihnya menang. Ada juga yang karena menjalankan fatsum partai dan ada pula yang pragmatis   ingin mencari perlindungan berharap keuntungan secara pribadi bahkan ada juga yang hanya ikut ikutan tergantung siapa yang kasih rokok.

Dalam kontestasi politik memperebutkan Singgasana Istana yang melibatkan partai politik dan rakyat semesta ini, belum  juga gong ditabuh melalui keputusan resmi KPU siapa capres dan cawapresnya, ternyata telah menimbulkan kegaduhan atau istilah orang kampung saya sudah Usreg

Masing masing kubu, entah itu rakyat, relawan,  sudah  saling ejek, saling bully, merasa paling benar, paling baik, istilahnya Ana Khoirun minkum.

Yang paling getol main bully contohnya politisi PDIP Ruhut Sitompul. Tokoh satu ini paling senang mem-bully Anis Baswedan yang sudah diputuskan Nasdem sebagai bakal Capres. 

Dimata Ruhut, Anis seolah ngga ada benernya, salah melulu. Cuitan Ruhut di medsosnya  selalu memojokkan Anis, misalnya  dengan narasi "ha ha ha yang gini mau jadi Presiden?,.........Dasar Kadrun, ngeri ka'LE MERDEKA". 

Narasi  model begini, sudah masuk wilayah pribadi. Jika dipelihara maka tanda tanda  demokrasi sudah kehilangan ghiroh dan kwalitasnya, sementara rakyat jelata bingung menyaksikan akrobat para politisi  model  Si Raja Minyak Ruhut Sitompul.

Hal yang paling diharapkan rakyat sebetulnya adalah bagimana agar pemilihan presiden nanti berjalan dengan baik dan beradab, tidak ada saling ini itu, tidak ada kecurangan untuk melahirkan pemimpin negara yang amanah, rakyat hanya mengidamkan negara baldatun thoyyibatun warobbun ghofur.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline