Selesai sudah perhelatan akbar Partai Golkar, selama empat hari kader kader partai Golkar seluruh Indonesia tumplek blek di Pulau Dewata Bali dalam rangka mengikuti rangkaian kegiatan Munaslub partai berlambang Pohon Beringin ini, bahkan ada juga yang seminggu meninggalkan rumah karena mengikuti kegiatan kampanye di Surabaya.
Sudah empat kali Munas saya mengikutinya, untuk yang terahir ini, saya ikut dalam perdebatan yang seru saat membahas materi Munaslub. Sebagai peserta saya mengambil kesimpulan bahwa untuk pertama kalinya Pelaksanaan Munaslub Golkar memang sungguh Luar Biasa.
Sebelum Munaslub berlangsung, berkumpullah beberapa DPD I di kediaman Luhut Binsar Panjaitan Mentri Polhukam yang memang kader Golkar bersama dengan Sekjen DPP Golkar Idrus Marham, Robert Kardinal, Ridwan Bae DPD I [Sultra], Ahmad Hidayat Mus [Malut], Ety Sabarua [Maluku], Ansar Ahmad [Kepri], Ibrahim Medah [NTT] dan Klemen Tinal [Papua]. Dalihnya hanya Silaturrami.
Tapi seperti di diberitakan di media massa, pertemuan itu, berdasarkan sumber Gatra, di dalamnya adalah arahan untuk mendukung Setyo Novanto, walaupun diantara yang hadir seperti Ridwan Bae menampik bawa pertemuan itu ada arahan untuk mendukung Setyo Novanto. Lantas apakah tidak boleh, ya boleh saja, asalkan tidak bawa bawa nama Presiden.
Setelah itu, di lakukan pertemuan lanjutan, tempatnya di hotel Ritz Carleton Kuningan yang rencananya akan dihadiri Ruhut Panjaitan, namun gagal lantaran SMS undangannya bocor, diantara yang sudah hadir disitu adalah Ketua DPD Golkar Banten Ratu Tatu Chasanah dan Ridwan Bae Ketua DPD I Sultra [lihat Gatra Edisi 12 Mei 2016. luar biasa.
Baru pertama kali dalam sejarah Munas Golkar, dalam pelaksanaannya bukan hanya ditangani SC dan Panitia Pelaksana, tapi dibentuk Komite Komite yang menangani permasalahan husus baik yang terjadi dalam arena Munaslub maupun sebelum munaslub berlangsung, Komite ini kemudian disepakati sebagai alat kelengkapan Munaslub, padahal lazimnya, alat kelengkapan Munas adalah Sidang Paripurna dan Sidang Komisi.
Aneh memang, Komite ini seharusnya hanya sebagai bagian dari kepanitiaan yang tugasnya untuk memperlancar pelaksanaan Munaslub, namun karena masuk dalam draf Tata Tertib yang dirancang Komite serta kepiawaian pimpinan sidang, ahirnya forum menyepakati.
Dengan disepakatinya Komite menjadi alat kelengkapan Munaslub, maka menurut saya misinya telah berhasil, yakni keinginan membuat strategi jitu dalam memuluskan misi yang diembannya yakni golnya calon tertentu yang nanti bisa bergandeng tangan. Ini pandangan pribadi saya sebagai peserta Munaslub. Luar biasa.
Selain itu, baru pertama kali dalam perjalanan Munas Golkar, ada agenda yang bernama ‘’Pra Munaslub’’. Institusi ini tidak ada dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Golkar, tapi SC merancang sedemikian rupa hingga peserta tak berkutik untuk tidak mengikutinya.
Pra Munaslub ini dijadikan sebagai forum penjelasan resmi, padahal secara teknis tidak ada bedanya dengan pembahasan dalam sidang sidang resmi Munaslub. Memang dalam pembahasannya tidak mengambil keputusan, tetapi dijadikan sebagai senjata ‘’kesepahaman’’ hingga materi tertentu yang akan dibahas dalam Munaslub melalui Paripurna diharapkan tidak bertele-tele, dan nampaknya misi ini cukup berhasil. Sungguh luar biasa sekaligus diluar kebiasaan.
Pelaksanaan Munaslub yang anggarannya empat puluh lima milyar rupiah itu, dilaksanakan dengan sangat meriah, entah berapa ribu kader Golkar ikut meramaikan. Gedung Nusa Dua Convention Center, dipenuhi baju kuning Golkar. Di arena itu hanya yang punya ID Card bisa masuk Gedung, bukan hanya peserta, tapi ada peninjau, Tim Sukses, Pendamping Calon dan Panitia Pelaksana.