‘’Kesempatan tidak datang dua kali’’, barangkali pepatah itu berlaku bagi Kompasianer kawakan Thamrin Sonata dan Isson Khairul saat saya tawari mau ikut atau engga berlayar ke Gunung Krakatau. Bagaikan kopral dipanggil atasan, terdengar suara dalam hape ’’siaaaaaap’’.
Ya, demikianlah jawaban pak Thamrin Sonata yang kebetulan beliaunya sedang meliput acara di Cilegon masih dalam rangkaian kegiatan HUT Cilegon yang digagas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yakni ‘’Golok Day’’ 30 Aparil lalu, dan beliuanya difasilitasi menginap di salah satu hotel. Lihat disini , Kegiatan inipun masih dalam rangkaian HUT Kota Cilegon dengan tajuk ‘’Wisata Bahari, Sail to Krakatau, Gunung yang sangat melegenda karena letusannya pada beberapa abad silam, namun kegiatan ini tidak murni di laksanakan SKPD Pemkot Cilegon, tetapi dilaksanakan oleh pihak ketiga kerjasama dengan ASDP Merak, pengelola penyebrangan Ferry Merak-Lampung.
Tak kurang dari 1500 orang warga Cilegon, bahkan ada yang dari Bandung juga ikut berlayar menggunanakan Kapal Ferry yang di carter oleh panitia. Walaupun ada tarinya yakni 500 rebu untuk VIP dan 300 rebu untuk Ekonomi, antusias peserta sungguh luar biasa. Lha kalau saya memang punya jatah 2 tiket VIP dari panitia atas nama Lembaga Peduli Masyarakat Cilegon yakni Lembaga yang membidani lahirnya Kota Cilegon.
Sialnya 2 tiket itu, hingga menjelang keberangkatan masih di pegang Pengurus LPMC yakni Mumu Mustakim. 2 tiket itu awalnya untuk tamu yang terhormat Thamrin Sonata dan Isson Khairul, kalau saya nanti gampang urusannya karena sudah janji ketemu di kapal dengan saudara Sobar Rahmat, Wartawan Banten Pos yang menjadi Panitia.
Ya ahirnya saya menggunakan jargon Ade Komarudin, Tiban saat Tiba Pikir, yang penting jalan saja ke Pelabuhan, urusan disana nanti pasti ketemu jalan keluarnya. Hingga sampai ke Pelabuhan, si Mumu Mustakim belum nongol juga, Tiba saat Tiba pikir, ahirnya saya tarik saja panitia yang membawa id Card Panitia, saya pinjam satu buah, saya kalungkan ke Leher, dan,,,,, dengan menggunakan jaringan yang saya punya, dengan Id Card Panitia di leher, kami bebas masuk ke Kapal,jadi Gratis,,,,,,,.
Di kapal ini penuh sesak peserta yang ingin melihat Gunung Krakatau. Semua sibuk selfi, jepret sana jeprit sini dengan latar pemandangan laut. Yang paling sibuk saya melihat Thamrin Sonata, tak henti memainkan camera, tiap yang menarik perhatian, pasti klik di jepret, termasuk tiga dara kinyis kinyis awak kapal.
Setelah kapal mendekat Gunung Krakatau, peserta bersorak melihat takjub keangkeran anak Gunung Krakatau yang pernah meletus dengan dahsyatnya pada tahun 1883. Gunung yang hingga kini masih tergolong aktif, nampak angker, kelihatan dengan jelas, semua lerengnya berwarna kehitaman tanpa ada pepohonan, kecuali di daerah paling rendah. Tapi disitulah justru daya tariknya.
Sambil menikmati panorama di tengah laut, peserta dihibur dengan berbagai atraksi kesenian diatas kapal. Organ tunggal yang ada diruang VIP saya manfaatkan satu lagu dangdut ‘’Sekedar Bertanya’’, saat saya nyanyi lagu itu, Thamrin Sonata masuk ruangan, disela sela lagu, saya ucapkan selamat datang kepada Kompasianer Thmrin Sonata, dan Alhamdulillah setelah saya panggil, Thamrin Sonata ambil langkah seribu,, kabur keluar ruangan.
Di ruang bawah, berlangsung pula atraksi budaya Banten yang sudah terkenal yakni ‘’Debus’’. Permainan Debus bagi komunitas Banten sudah tidak asing lagi. Debus ini tidak dapat dipisahkan dari Peguron bagian dari Pencak Silat yang menjamur se antero BANTEN.
Tentu bagi yang belum biasa melihat atraksi ini akan merasa risih karena permainannya tidak lepas dari golok seperti bagaimana remaja putri lidahnya disayat sendiri dengan golok yang tajam, atau seorang yang di gosok gosok tangannya dengan golok yang termat tajam, bahkan bagimana seorang anak perempuan perutnya dipasang linggis yang tajam lantas dipukul dengan godam termasuk bagaimana lidah ditusuk dengan jeruji yang amat tajam. Perlu diingat bahwa ini hanya sebuah permainan, bukan ingin menunjukkan ‘’kesohoran’’, makanya sebelum acara dimulai, pemain selalu berdialog dengan penonton bahwa ini hanyalah sebuah permainan ‘’makanya bagi siapapun, baik seguru sailmu, diharap jangan mengganggu’’.
Agar penonton yakin bahwa meskipun hanya permainan, tapi betul nyata, dipersilahkan kepada penonton yang berani ingin mencoba permainan debus, silahkan maju kedepan. Termasuk Thamrin Sonata, saya tawari untuk ikut lidahnya ditusuk jeruji tajam itu, dan Alhamdulillah ia kabur entah kemana.