Judul diatas, terkesan bombamtis sedikit Provokatif. Tak mengapa, yang penting maksudnya baik. Pertanyaannnya , Apa benar Mahasiswa yang bisa nulis, lantas dijamin tidak kelaparan. Jawabannya, Iya benar asalkan tulisannya bisa dipublikasi melalui media Massa. Tapi itupun hanya berlaku bagi Mahasiswa UII atau Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Lha kok hanya di UII. Lha iya karena di Kampus lain saya tidak tahu.
Saya berani menjamin demikian, karena apa yang saya tulis ini adalah pengalaman pribadi waktu menjadi Mahasiswa Fakultas Hukum UII era delapan puluhan. Era dimana M.Mahfud MD, Muzakkir, AE Priyono, Iman Masfardi, M.sholeh Amin, Asmar Umar Saleh dan kawan yang lain masih menjadi pentolan aktivis Mahasiswa.
Lantas apa hubungannya antara menulis dengan tidak kelaparan. Ya sebetulnya ini masalah profesionalisme. Siapa saja, dimana saja, kapan saja, sebuah tulisan yang kemudian dimuat di Media Massa, dalam dunia Pers, akan dilihat sebagai bentuk hasil karya sehingga Pers kemudian akan memberikan imbalan berupa ‘’honorarium’ sebagai bentuk tanggung jawab Profesioanalisme. Cuma, ada kelebihannya jika penulis itu adalah Mahasiswa UII Yogyakarta, sebab UII sangat mengahargai kreatifitas Mahasiswanya hingga apabila seorang Mahasiswa UII menulis -- apapun materinya--, asalkan disebutkan bahwa ‘’Penulis adalah Mahasiswa Fakultas X UII’’, maka baik Fakultas maupun Universitas bahkan Lembaga Pers Mahasiswa akan memberikan reward dalam bentuk uang. Jika Redaksi memandang honor seabagi bentuk tanggung jawab profesianalime, maka UII melihat reward ini sebagai bentuk hadiah, penghargaan untuk peningkatan motivasi kepada mahasiswa agar lebih giat lagi berkarya dalam mengasah dan meningkatkan kemampuan intelektualnya yang dituangkan dalam sebuah tulisan, disamping itu juga akan membawa nama baik almamater UII.oleh karenanya bisa dikatakan bahwa bagi mahasiwa yang tulisannya dimuat di media massa dengan mencantumkan almamater, ‘’hononya’’ berlipat ganda.
Tradisi Pers Mahasiswa di UII,pada saat itu cukup baik. Majalah Mahasiswa UII yang terkenal saat itu adalah ‘’MUHIBBAH’’ sebelum dibredel Penguasa Orde Baru yang kemudian diganti dengan ‘’HIMMAH’’. Pada tingkat Fakultaspun, Mahasiswa menerbitkan Majalah dibawah Lembaga Pers Mahasiswa pada masing masing Fakultas.
Dijamin tidak Kelaparan.
Dengan tradisi pers Mahasiswa yang demikian, maka tak heran jika kemudian koran lokal seperti Kedaulatan Rakyat, BERNAS, Masa Kini dan Eksponen, banyak dihiasi oleh tulisan Mahasiswa UII. Tentu saja bagi Mahasiswa, menjadi kepuasan tersendiri jika tulisannya bisa di publikasi di Koran karena disamping telah mampu berkarya, tapi juga bisa mendapat honor ganda dengan adanya kebijakan dari kampus yang memberikan reward.
Untuk mendapatkan reward itu, caranya cukup gampang, yakni Tulisan yang penulisnya mencantukan alamamater, difoto Copy untuk diserahkan baik ke Lembaga Pers Mahasiswa tingkat Fakultas maupun ke Muhibbah, Dekan, Badan Wakaf sebagai Penyelenggara UII serta Rektor UII. Setelah itu, tinggal menunggu pencairan ‘’ reward’’ dari LPM Fakultas, Muhibbah, Dekan Fakultas, Badan serta Rektor UII.
Saya termasuk Mahasiswa yang memanfaatkan kebijakan itu. Pernah sekali waktu, saya meresensi buku baru, Judulnya ‘’Keluarga Berencana Menurut Hukum Islam’’. Buku itu saya beli seharga dua puluh lima rebu di Shoping. Resensi dengan judul ‘’Kontrasepsi yang Tidak Haram’’ dimuat di Majalah Amanah Jakarta dengan tidak lupa menyebutkan ‘’Penulis adalah Mahasiswa Fak. Hukum UII Yogyakarta’’
Tentu saya tidak lupa menjajakan foto copy tulisan itu ke Kampus, saya bawa ke LPM Fak. Hukum ‘’KEADILAN’’, karena di muat di Pers Nasional, di beri honor Rp.75,000,-. Saya serahkan ke Dekan, di kasih reward Rp.100.000,-, di bawa ke LPM ‘’MUHIBBAH’’ dihonor Rp.100.000,-,di serahkan ke Badan Wakaf sebagai Badan Penyelenggara UII,JUGA dihonor Rp.100.000,-, terahir ke Rektor, nilainya sama Rp. 100.000,-. Bersamaan dengan itu, datang Wesel dari Majalah Amanah, cukup lumayan Rp.250.000,-. Jumlah jamleh, dengan modal RP.25,000,-, Terkumpul Rp.725.000,-. Nah dengan jumlah uang diatas, hasil dari satu tulisan, rasanya cukup untuk menjamin Mahasiswa tidak kelaparan dalam rentang waktu satu minggu, apalagi jika sering sering menulis, bisa jadi cukup untuk menopang kehidupan sebagai Mahasiswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H