Lihat ke Halaman Asli

Moch. Marsa Taufiqurrohman

Mahasiswa Hukum (yang nggak nulis tentang hukum)

Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan dari Kita oleh Kita untuk Kita

Diperbarui: 2 Juli 2019   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: radarlampung.co.id

Krisis keuangan yang menghempas Indonesia pada tahun 1997 hingga tahun 1998 adalah sebuah sejarah pahit yang memilukan. Pengalaman pahit itu kembali terulang secara tiba-tiba di tahun 2008, sebagai krisis yang paling mengejutkan kita dan otoritas dunia. Sebab krisis 2008 terjadi di tengah situasi keuangan kondusif, makroekonomi yang baik, serta kesehatan individual perbankan yang mencukupi.

Saat itu benar-benar seperti tidak ada angin, tak ada hujan. Yang terlihat hanya panas cerah matahari menghangatkan. Namun ternyata gerimis hingga hujan yang tiba-tiba secara tak sadar membasahi badan. Ya... seperti si doi yang kemarin masih perhatian, tiba-tiba menghilang tanpa kabar.

Yang pasti, kedua sejarah tersebut mengajarkan kita bahwa krisis bisa terjadi kapan saja, bersumber dari mana saja, menelan biaya besar, serta memerlukan waktu pemulihan yang sangat lama.

Tapi yang menjadi pertanyaan, sebenarnya apa yang terjadi di balik krisis tersebut?

Ternyata krisis keuangan antara lain disebabkan oleh risiko sistemik.

Lalu apa dan bagaimana risiko sistemik tersebut?

Jawabannya dianalogikan dalam cerita berikut:

Di suatu pagi yang cerah dengan kondisi jalan raya ramai lancar tanpa hambatan. Tiba-tiba mendadak semua berubah, sebuah truk terguling dan menutup jalan, kecelakaan beruntun tak terhindari, sehingga arus lalu lintas seketika terganggu. Kemacetan pun dengan cepat menular dan merebak ke jalan lain, sehingga membuat para pengemudi pun panik dan menggerutu.

Sama persis dengan kejadian macet yang menular, risiko sistemik adalah potensi instabilitas, karena adanya gangguan yang menular pada sebagian atau seluruh sistem keuangan. Risiko sistemik terjadi akibat pertemuan shock dan vulnerability.

Shock adalah peristiwa yang memicu atau membarengi terjadinya krisis. Di dalam cerita tadi Shock-nya adalah supir yang mengantuk dan kabut yang menghalangi pandangan supir truk. Sedangkan vulnerability adalah karakteristik sistem keuangan yang dapat mempercepat penyebaran shock. Yakni kondisi jalan yang berlubang serta rem yang blong atau kerusakan pada mesin truk. Maka ketika shock dan vurnelability saling bertemu terjadilah kecelakaan yang akhirnya menyebabkan kemacetan.

Lalu apa yang harus dilakukan untuk memitigasi risiko sistemik?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline