Lihat ke Halaman Asli

Annestiana Handini

Tenaga Pendidik

Telepon Tengah Malam

Diperbarui: 8 November 2021   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku merenggangkan otot-otot leherku yang terasa kaku. Bagaimana tidak kaku! Semalaman aku menunduk untuk bisa memasukkan semua kata-kata asing itu ke dalam otakku. Otot leherku benar-benar kaku. Ingin rasanya meletakkan leher ini ke bantal. Sekarang sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, jika aku tidur kemungkinan besar akan terlambat ke sekolah. Aku hanya memandang miris jam dinding. Andai saja tidak ada ujian pasti aku akan senang hati mendamparkan tubuhku pada kasur, bantal, guling, dan selimut yang kucinta.

Bayangan tidur menari-menari dalam pikiranku dibuyarkan dering telepon. Aku mengerutkan kening. Siapa yang menelpon dini hari seperti ini? Nomer yang tidak dikenal pula. Aku mengeser tombol hijau tersebut.

“Halo?” sapaku meragu.

“Halo.” Terdengar suara laki-laki. Siapa? Suaranya rendah sekali.

“Siapa?” orang itu tertawa. Mengapa? Apa ada yang salah dengan pertanyaanku? Aku menanyakan namanya tapi orang itu tertawa. Aneh!

“Ayolah Reina, kamu melupakan aku?” laki-laki itu mengenal aku.  Apakah temanku? Teman apa kuliah? Tidak aku memiliki semua kontak teman kuliahku. Apa teman SMA? Atau SMP? Mana mungkin SD?

“Maaf anda siapa? Saya tidak ingin bermain-main dengan orang tak dikenal.” Jawabku tegas. Namun, aku tidak yakin terdengar tegas. Aku mungkin terdengar takut.

“Ayolah Reina, ini sudah pagi, jam 2.15 pagi.” Orang itu berkata dengan suara yang tenang membuatku merinding. Apa dia pembunuh bayaran yang ada di drama-drama korea? Mungkinkah dia stalker? Saat itu juga aku memencet tombol merah untuk mematikan telepon tersebut.

Aku punya pengagum rahasia. Haruskah aku senang? Haruskah aku lapor polisi? Tunggu aku tidak ingin terlalu berurusan dengan polisi.

Telepon genggamku kembali berdering. Dari nomor itu lagi. Aku tak ingin mengangkatnya. Berdering lagi. Dia menelpon lagi. Lagi. Lagi. Aku mematikan telepon genggamku.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi lebih baik aku mandi, solat subuh, sarapan, dan berangkat. Ujian kali ini diadakan pagi sekali jam setengah tujuh. Dosen yang membuat mahasiswanya rajin. Selamat anda berhasil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline