Lihat ke Halaman Asli

I Wayan Mega Arta, SE : "Menjaga Keseimbangan Alam"

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

mega arta

Pencitraan Bali sebagai daerah tujuan wisata menjadikan Bali lebih dikenal daripada Negara Indonesia sendiri. Di mana sektor pariwisata merupakan penggerak utama perekonomian di Bali. Sehingga sebagian besar masyarakat Bali akan terus menerus mengali potensi daerahnya masing-masing.

Mendengar orang yang menyebut Pulau Bali, pasti yang terbayang pertama kali adalah Pantai Kuta. Memang ada anggapan, kalau belum ke Kuta tak akan tahu Bali seluruhnya. Padahal, tempat wisata tak hanya Kuta saja karena setiap sudut Pulau Bali selalu bisa diangkat menjadi objek wisata yang menarik.

Melihat fenomena ini, I Wayan Mega Arta, SE, pemuda dari Bali tepatnya Banjar Tegal Besar, Desa Negari Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung, menganalisis potensi wisata yang dimiliki daerahnya. Awalnya Mega diskusi dengan Gitaris Group Band Gigi, Dewa Budjana, dalam menggali potensi wisata yang ada. Secara turun-temurun daerah ini dikenal sebagai salah satu tempat pendaratan Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), maka ide ini dipakai untuk menarik wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah ini. Akhirnya, dibuatlah sebuah sinopsis dalam bentuk buklet sebagai hasil dari diskusi tersebut.

Bli (sebutan bagi orang lelaki yang lebih tua) Mega menganggap daerah Tegal Besar harus menjadi daerah konservasi supaya wisatawan yang datang percaya bahwa daerah tersebut memang melakukan upaya konservasi demi keberlanjutan siklus penyu-penyu yang mendarat di sana. Meski menghadapi urusan birokrasi yang berbelit-belit, tetapi tak menyurutkan langkahnya dalam usaha mendapatkan surat rekomendasi untuk pelestarian penyu. Kerja kerasnya tak berhenti sampai di situ saja. Dengan Sinopsis inilah dia mengajak masyarakat untuk lebih mencintai dan menjaga lingkungannya sehingga terbentuklah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di Tegal Besar. ”Targetnya semua masyarakat, dimulai dari pemuda dulu,”ujar Mega.

Setelah masyarakat Tegal Besar mampu dirangkul dalam menjaga keseimbangan alam. Lambat laun, KSM ini mulai dikenal baik oleh masyarakat luas dan kalangan kampus. Akhirnya, instansi pemerintah melirik KSM ini dan diberilah nama Buana Jaya supaya mudah mendapatkan dana. “Setiap dana yang saya dapat dari dinas-dinas selalu saya bagikan ke masyarakat. Uangnya buat mereka yang menemukan penyu, fasilitas penunjang, dan perahu boat,” terang bapak satu anak ini.

Bli Mega tak segan-segan membantu teman-teman kalangan kampus atau sekolah meyelesaikan karya ilmiah di Tegal Besar. Terbukti dengan salah satu bimbingannya memperoleh juara tiga karya ilmiah di Yogyakarta dengan judul “Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea) Tak Lekang di Tegal Besar”. Ketulusan hatinya ini mengantarkan dia tidak hanya dikenal masyarakat dan instansi pemerintah, tetapi kalangan akademisi juga. “Saya nggak mau terlalu ortodok pola berfikir. Jadi, siapapun yang ingin belajar tentang lingkungan silahkan datang ke sini,” jelas Mega.

Mengenai anggapan masyarakat Bali yang suka mengkonsumsi penyu perlahan pudar dengan maraknya daerah konservasi penyu di sepanjang pesisir Pulau Bali. ”Meski tidak dipungkiri ada beberapa daerah yang masih menjual bebas daging penyu, tetapi kondisi ini jauh menurun sejak tahun 2000-an,” terang Mega. Hal ini terbukti ketika wisatawan domestik, asing, instansi pemerintah, dan masyarakat coba dilibatkan dalam proses pelepasan tukik. Kegiatan ini jelas positif, bukan hanya bagi Bali, tetapi juga bagi Indonesia dalam upaya mengembalikan citra buruk terhadap lingkungan.

Kegiatan inipun tak berhenti di penyu saja, tetapi diikuti kegiatan lain yang pro lingkungan seperti pengelolaan sampah dan menjadikan daerah Tegal Besar melarang perburuan burung, terutama Burung Kokokan. Mengenai Burung Kokokan, Bli Mega berkonsultasi dulu dengan pemimpin adat setempat mengenai awik-awik (peraturan adat, red) pelarangan berburu, kemudian ia tuliskan melalui media massa. Dengan begitu, ia punya dasar untuk melarang orang berburu di daerahnya. “Semenjak saya dan teman-teman (masyarakat Tegal Besar, red) bikin kegiatan ini, nggak ada orang yang berburu ke sini,” terang Koordinator Tegal Besar Sahabat Kokokan dan Penyu.

Bli Mega mempunyai pandangan kalau tanpa alam, pariwisata di Bali tak akan jalan. Sehingga ia menekannkan kegiatan yang dilakukan KSM supaya lebih ke upaya untuk menjaga lingkungan/alam di daerahnya tetap normal, alami, dan kondusif. Diantaranya, kegiatan penghijauan pantai yang sering ia lakukan bersama aktivis lingkungan.

Semangat menjaga lingkungan alam sekitar harus mulai terbangun sekarang. Janganlah hanya mengeksploitasi alam saja. Berilah kesempatan alam dalam melakukan siklusnya. Dengan begitu kita bisa mencontoh filosofi hidup penduduk Bali yang dikenal dengan konsep Tri Hita Karana, yang tidak hanya mengamanatkan sayang dan peduli terhadap kelestarian lingkungan alam, tetapi juga saling menghargai dan kasih antarsesama manusia serta bakti kepada Tuhan Yang Maha Percipta dalam satu kesatuan yang utuh.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline