Lihat ke Halaman Asli

Antara Cita-cita atau Dia

Diperbarui: 16 Februari 2022   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Di suatu kota besar, di kota Karawang lahir seorang anak laki-laki bernama Taufik, dengan keadaan ekonominya sangat sederhana. Ketika lahir, Taufik dirawat oleh seorang ibu yang sangat hebat seperti superman. Taufik memiliki kakak yang jarak usianya tidak jauh, yang bernama Ilham. Dengan waktu berjalan Taufik mulai besar dan bisa berjalan.

   
Ketika umur  Taufik 3 tahun, keluarganya pindah ke Bandung dengan alasan ibunya mendengar ada yang tidak suka dengan keluarganya, dengan demikian kita semua memutuskan untuk pindah  ke Bandung.
"Ayah ini dimana?" Tanya Ilham pada ayahnya.
"Ini rumah baru kita nak?" jawab ayahnya.
"Bagus ayah, aku suka" jawab Ilham sambil berlari ke dalam rumah barunya.
Sedangkan Taufik tertidur lelap di roda yang didorong oleh ibunya.


Masa-masa kecil mereka dihabiskan bersama keluarga, dengan berjalannya waktu mereka memiliki teman dan lingkungan baru yang sangat baik. Mereka sangat senang ketika bermain bersama dengan teman barunya, mulai dari permainan tradisional dan bermain sepeda.


Seiring berjalannya waktu tak terasa Taufik sudah tumbuh besar, Taufik sudah berumur 9 tahun, sekarang ia duduk di sekolah dasar. Di sekolah ini ia menemukan teman-teman baru. Bel sekolah sudah berbunyi, saat ia akan memasuki kelasnya, sebelum masuk ia pamit teradap ibunya yang sudah mengantarkannya.
"buu, Taufik sekolah dulu ya" ucapnya sambil salam kepada ibunya.
"Sekolah yang rajin ya nak, biar cita-cita mu tercapai" jawab ibunya sambil mengelus-elus kepalanya.
"Siap bu" ucapnya sambil berlari kedalam kelas.
Ketika pembelajaran PPKN dimulai, ketika membuka buku, ia melihat sebuah gambar polisi yang sedang menjaga keamanan sebuah gedung besar.


Terlintas di kepalanya, ia ingin menjadi seperti itu, mulai dari itu Taufik ingin bercita-cita ingin menjadi polisi.
"Aku  ingin menjadi seorang polisi supaya bisa menjaga ibu saya kelak besar nanti" ucapnya.


Bel pulang sekolah tiba, ia bergegas merapihkan buku lalu berdo'a. Setibanya di rumah, ia di sambut oleh ibunya.
"assalamualaikum bu, Taufik pulang" ucapnya sambil membukakan pintu.
"waalaikumsalam, makan siang dulu nak, ada di meja ibu sudah menyiapkannya tadi" jawabnya.
 "Siap bu" jawabnya sambil mengambil alas makan.


Selesai makan, ia bergegas mengahampiri ibunya untuk mencerikatan apa yang di lihat tadi di sekolah.
"Ibuu, tau tidak?" ucap taufik kepada ibunya.
"Kenapa nak, ada apa?" jawabnya.
"Tadi Taufik liat gambar di buku, ada orang pegang senjata di depan gedung gitu, Tiba-tiba Taufik pengen bu kaya orang itu, selain bisa menjaga gedung, Taufik juga bisa menjaga ibu" ucapnya.
"Oh cita-cita kamu mau jadi polisi?"jawab ibunya.
"Iya bu, boleh?" ucapnya sambil memegang tangan ibunya.
"Iya boleh, mulai dari sekarang kamu berlatih dan sekolah yang rajin ya nak, supaya cita-cita mu tercapai"  jawabnya sambil memeluk Taufik.


Setelah berbicara dengan ibunya tadi, ia sangat semangat untuk menggapai cita-citanya. Ia mencari informasi tentang bagaimana cara masuk kepolisian hingga penampilan.
Waktu sekolah tiba, Taufik merasakan dirinya sangat semangat berangkat sekolah dengan penampilan baru dari rambutnya yang seperti polisi polisi lainnya. Bel sekolah berbunyi, ia segera memasuki kelasnya.


Ketika masuk sekolah, ia melihat pamannya berada di sekolahnya, ia melambaikan tangannya seolah jari jari itu bergoyang.
"Itu anak seperti kopral" ucap pamannya.
"Ia ingin menjadi polisi" jawab ibuku.
"Kapan ia bilang? Kenapa pengen menjadi polisi?" ucapnya.
"Kemarin, ia melihat gambar polisi di buku,  katanya ia ingin menjaga gedung  selain gedung ia juga ingin menjaga aku" jawab ibuku.
"Aku do'akan semoga cita-citanya tercapai" ucap pamannya.
Dengan berjalannya waktu, Taufik sangat berprestasi di sekolahnya, ia selalu memasuki ranking 10 besar dikelasnya. Hari kelulusan tiba, ia mendapatkan nilai ujian nasional  yang sangat memuaskan.

*****

Akihrnya Taufik menduduki bangku sekolah menengah pertama di SMPN 3 Padalarang, sekolah itu sekolah tervaforit, ketika memasuki sekolah tersebut  ia seolah olah berada di sebuah planet yang sangat luas. Ia menjelajahi sekolah tersebut mengelilinginya satu persatu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline