Jendral besar TNI Purn. Abdul Haris Nasution lahir tahun 1918 dan besar di Kampung Huta Pungkut Distrik Mandailing, Sumatera Utara. Ketika kecil ia sering di panggil Pak Nas. Dimasa kecilnya Pak Nas sering senang membaca buku sejarah, mulai dari Nabi Muhammad SAW sampai perang kemerdekaan Belanda dan Prancis.
Dimasa kecilnya ia berbadan sangat kurus,pada suatu saat.....
"Bu, mengapa badanku ringkih seperti ini, berbeda dengan kawan-kawanku" ia berkata pada ibunya.
"Sabar ya nak, kita hanya orang biasa berbeda dengan kawan-kawanmu, makan saja kita hanya nasi ditambah daun singkong ditambah garam untuk perasanya" jawab ibunya.
Bahkan saking hidupnya pas-pasan, ia tidak pernah mandi menggunakan sabun, andaipun ia mandi pakai sabun sisa cuci pakaian. Pada masa kecilnya yang serba kekurangan membuat ia tidak pernah mengeluh dan mempunyai mental yang kuat untuk meningkatkan derajat keluarganya.
" Suatu saat nanti nasib kita akan berubah bu" ucap Pak Nas dalam hatinya.
Dengan bertambahnya usia, Nasution mulai beranjak dewasa, hingga sekolah di Sekolah Menengah Atas Paspal dan lulus, Pada tahun 1938, ia menjadi seorang guru di Bengkulu dan Palembang. Tetapi setelah menjadi guru anehnya ia tertarik untuk masuk Akademi Militer Belanda setelah melihat beberapa tentara yang masuk ke sekolah yang ia ajar. Hingga ia menjadi tentara , dengan begitu nasib keluarganya sedikit demisedikit mulai berubah.
Ketika Jepang hengkang dan Belanda kembali ingin menjajah, Nasution memutuskan untuk bergabung dengan Tentara Republik.
Karier Militer Abdul Harus Nasution moncer hingga ia menjadi petinggi di tubuh tentara Indonesia. Pak Nas dikenal sebagai peletak dasar gerilya dalam perang melawan penjajahan Belanda. Metode perang gerilya ini dikembangkan setelah Pak Nas menjadi panlima komando jawa dalam masa revolusi kemerdekaan II (1948-1949).
Dalam peristiwa G30S/PKI nasution adalah salah satu enam Jendral yang termasuk daftar diculik bersama satu perwira tinggi TNI AD lainnya.
Pada tanggal 30 september hingga 1 oktober 1965 dini hari, PKI yang dipimpin oleh Untung, tiba di rumah Abdul Haris Nasution, posisi rumah ia berdekatan dengan rumah wakil perdana menteri (waperdam) Dr. Johannes Leimena.