Lihat ke Halaman Asli

Mochammad Mukhlis Alparizi

Mahasiswa Prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Senang Melakukan Aksi Nyata, Mahasiswa PMI UIN Sunan Kalijaga Berkontribusi Mensukseskan Kegiatan Gladhen Alit Jemparingan Sambisena Sambilegi

Diperbarui: 1 Maret 2024   18:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Foto Kelompok PPM CSR Pertamina Adisucipto di Sasana Jemparingan Sambisena/dokpri

Yogyakarta, 1 Oktober 2023 Kelompok Praktek Pengembangan Masyarakat (PPM) CSR Pertamina Adisucipto dari program studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ikut berpartisipasi dan meramaikan kegiatan Gladhen Alit Jemparingan di Sasana Sambilegi Kidul, Yogyakarta. 

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2023 dan dihadiri oleh puluhan peserta baik dari Desa Sambilegi sendiri maupun dari luar daerah. Gladhen Alit diselenggarakan oleh pengelola wisata Jemparingan di Sambilegi untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan dapat mempererat silaturahmi diantara masyarakat Sambilegi serta melestarikan olahraga sekaligus budaya lokal.

Partisipasi kelompok PPM Adisucipto dalam event tahunan ini sangat masif, mulai dari hulu hingga ke hilir acara. Di tahap persiapan dan pengkondisian, mahasiswa PMI membantu membersihkan joglo utama yang akan digunakan untuk singgasana atlet, juga turut membantu menyiapkan hidangan trandisional yang akan disuguhkan bagi tamu yang akan datang. 

Ketika acara berlangsung para mahasiswa membantu memastikan sirkulasi suplai hidangan berjalan sesuai rencana, serta membantu memobilisasikan perlengkapan yang harus dipindahkan. Menjelang acara berakhir, para mahasiswa memastikan peralatan yang digunakan dalam acara kembali ke tempat semestinya.

Gladhen Alit berasal dari bahasa Jawa yang atinya latih tanding atau laga persahabatan. Gladhen Alit merupakan ajang latihan namun tetap diperlombakan meskipun tidak ada hadiah yang fantastis melainkan hanya sekedar untuk bebungah atau seru-seruan dalam bentuk barang. Biasanya diambil juara 1, 2 dan 3 dengan kategori pemanah perempuan dan pemanah laki-laki. Juara ditentukan dengan banyaknya poin yang diperoleh. 

Di samping itu, setiap anak panah berhasil menancap di bandul target atau wong-wongan akan mendapatkan hadiah langsung sesuai skornya. Hadiah ini biasanya berupa tempe yang dibungkus daun dan lain-lain. Di acara Gladhen Alit juga disediakan makanan prasmanan yang terdiri dari makanan-makanan angkringan seperti nasi kucing, gorengan, sate usus, teh manis dan teh seruni. Makanan-makanan ini disiapkan oleh ibu-ibu KWT Arimbi. 

Makanan angkringan ini melambangkan bahwa kebahagiaan tidak terletak pada kemewahan, melainkan momen makan bersama dengan orang-orang yang disayangi. Hal ini pula yang menjadi salah satu daya tarik kegiatan Gladhen Alit jemparingan di Sambilegi.

Gambar 2. Foto Para Peserta yang Mengikuti Acara Jemparing/dokpri

Jemparing dalam bahasa Jawa sendiri artinya adalah panah. Yang membuatnya berbeda dengan olahraga panahan modern adalah bentuk busur panah atau biasa disebut dengan gendowo-nya yang sangat sederhana, terbuat dari kayu dan bambu. Dalam jemparingan, pemanah duduk bersila dan berpakaian tradisional kejawen yang juga memiliki aturan tertentu dalam pemakaiannya.  Wanita mengenakan jarit sementara laki-laki mengenakan blankon dan surjan. 

Jemparingan sendiri memiliki filosofi yaitu pamenthaning gendewa, mujudake pamenthenging cipta, yang artinya jemparingan bukan sekadar olahraga namun juga seni mengolah rasa di mana seorang pemanah dalam membidik mereka juga melibatkan rasa sehingga dibutuhkan ketenangan saat bermain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline