Lihat ke Halaman Asli

Tumbal Anak Akil Baligh #1

Diperbarui: 1 Juni 2023   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Dalam pada bagian awal ini saya akan bercerita tentang seorang anak yang menjadi tumbal perjanjian ghoib bapaknya demi ilmu hitam. Cerita ini diawali sekitar 2008.

 Ada seorang gadis desa di daerah pegunungan Dieng dijodohkan ayahnya dengan seorang laki laki di perbatasan Dieng - Batang. Alasan klasiknya adalah untuk meningkatan taraf hidup keluarga si gadis tersebut yang dari kalangan keluarga miskin. 

 Singkat cerita anak dari perjodohan itu lahir dan diberi nama Agus trimadyo. Lanjut diusianya yang menginjak kanak kanak, suatu ketika si agus ini ditimang timang dengan digendong belakang oleh bapaknya sambil berkata "Ndang gelis gede ya lee, ndang arep ta tumbalke". Hal ini terngiang betul diingatan si Agus namun dia belum tahu apa arti tumbal itu. Ini diceritakan kepada saya saat dia beranjak Akil baligh. 

 Saat menginjak usia sepuluh tahun, sepulang dari pergi bermain, si Agus ini mengerang kesakitan pada kedua matanya dan tiba tiba dunia serasa gelap. Saat itulah awal kebutaan dialaminya. Pagi harinya dibawalah anak itu ke puskesmas II blado Batang untuk diperiksa hingga dirujuk ke RSUD Batang. Namun upaya tersebut tidak membuahkan hasil malah menambah penderitaan si Agus. 

 Hingga akhirnya saya seperti terpanggil untuk menjemputnya untuk diperiksa lebih lanjut pada RSUP Dr Kariadi Semarang. Berbulan-bulan dan berbagai observasi nampaknya tidak juga membuahkan hasil dengan resume adanya peradangan pada pembuluh darah di otak yang menempel pada saraf mata sehingga menyebabkan saraf matanya layu atau mati. Fix, anak ini buta permanen.

 Lalu kubawa pulang ke rumah ku dan kurawat dengan berbagai Terapy herbal. Pada hari ketiga di rumahku, tiba tiba anak ini mengalami kejang. Segera kularikan dia ke rumah sakit terdekat, begitu paniknya aku tanpa ambulan kukendarai mobil dengan kecepatan tinggi ditengah kemacetan kota. Kusuruh ibunya si Agus untuk terus melantunkan dzikir dan shalawat di kuping si Agus. Betapa tidak kejangnya dia seperti orang dicekek dan hampir kehabisan napas. Terdengar seperti ngorok, ngerihh. 

 Akhirnya mobil sampai di depan ruang IGD RS pantiwiloso. Namun anehnya saat dibaringkan di bed pasien, anak ini tersadar. Kutanya dia kenapa sampai ngorok begitu. Dia katakan bahwa dia dicekek oleh mahluk hitam tinggi besar bermata merah nanar dengan kedua tanduk dikepalanya. Aku yang baru kali itu menghadapi hal yang demikian belum faham apa yang terjadi. Lalu aku menghubungkan dengan bacaan dzikir dan shalawat ibunya. Mungkin ini yang mampu melepaskan jerat cengkeraman tangan hitam berbulu mahluk jin itu.

 Sekembalinya dari RS, aku lebih intens dalam menjaga Agus. Karena baru aku tahu tentang serangan jin pada diri Agus. Aku yang tidak faham tentang jin berusaha mencari tahu bagaimana menangkal dan membuat pagar dari google. Segera kubikin pagar dari garam krosok atau garam laut yang belum diolah dan kusuruh ibunya untuk membacakan Al Fatihah dan surat surat pendek khususnya ayat ayat ruqyah. Kusebar garam tersebut ke sekeliling rumah dan di setiap sudut ruangan juga kusebar ke atap.

 Malam beranjak, belum kujumpai hal aneh apapun dalam diri Agus. Hingga pada saat jelang tengah malam terdengar jerit Agus dan ibunya. Akupun terhenyak dari lelap sesaat dan segera kudobrak pintu kamar Agus. Dengan panik kulantunkan kalimat dzikrulloh keras keras ditelinga Agus. Suasana saat itu memang mencekam. Seperti banyak pasang mata merah nanar memelototi Agus. Perlawanan dengan membaca kalimat dzikrulloh seperti tidak berarti. Hampir putus asa, ada kepanikan sang ibu seperti dia akan kehilangan nyawa anaknya. Suara ngorok makin nyaring terdengar di ruangan itu. Suara keras lantunan kalimat dzikrulloh hampir habis. Agaknya mahluk hitam tinggi besar berbulu dan bertanduk dengan mata merah nanar seperti menyeringai. Kali ini serangan nya lebih hebat, dibantu dengan sepasukan jin yang kesemuanya bermata nanar merah. Segera kuhentakkan kakiku 3kali sambil kuteriakkan Alloh hu Akbar tiga kali di telinga si Agus.

# maaf jempolku kriting, cerita bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline