Semarang (04/08/2021). Pertambahan jumlah penduduk di suatu kota bisa menjadi sebuah karunia, seperti dalam pepatah "Banyak anak, banyak berkah", namun di sisi lain hal tersebut juga bisa menjadi sebuah kerugian. Tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan jumlah penduduk adalah faktor utama adanya pertambahan jumlah timbulan sampah di suatu kota.
Kondisi permasalahan sampah di Indonesia saat ini masih belum bisa terselaikan, sampah yang masuk ke Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Semakin menggunung, meski pun sudah banyak fasilitas pengolahan sampah yang dibangun pemerintah seperti Tempat Penampungan Sementara Terpadu (TPST). Maka perlu diadakannya alternatif pengelolaan sampah lebih lanjut terutama dari skala rumah tangga.
Selama ini masih banyak masyarakat yang mengangap bahwa sampah adalah hal yang tidak berguna, sehingga apa pun jenis sampah yang dihasilkan akan langsung dibuang. Padalah sampah rumah tangga yang dibuang selama ini masih bisa memiliki nilai ekonomi dan bisa diubah menjadi berkah. Dalam mengatasi permasalahan sampah dari skala rumah tangga dengan efektif, terdapat banyak alternatif yang sudah tersedia. Salah satu dari salternatif yang sederhana dan mudah dilakukan semua orang adalah pengomposan sampah organik.
Dari hasil observasi tersebut, seorang mahasiswa Tim II KKN Undip memutuskan untuk mulai menggerakkan masyarakat Kelurahan Kramas, Kota Semarang dengan langkah awal berupa demonstrasi tata cara pengelolaan sampah organik skala rumah tangga menggunakan metode pengomposan Takakura. Program KKN edukasi pengomposan dengan metode Takakura ini dilaksanakan dengan membuat video demonstrasi yang diunggah melalui youtube dan pemberian booklet tentang pengomposan Takakura.
Takakura merupakan metode kompos yang diperkenalkan oleh Mr. Takakura yang berasal dari Jepang pada pelatihan PUSDAKOTA Surabaya. Metode Takakura merupakan alternatif yang mudah dilakukan dan juga murah untuk mengatasi permasalahan sampah dari sumbernya. Hanya dibutuhkan beberapa alat dan bahan yang mudah ditemukan oleh masyarakat, antara lain Keranjang berlubang, sekam padi, bantal sekam, kardus bekas, pisau, gunting, EM4, plastik hitam, sampah organik rumah tangga, dan air. Proses pembuatan kompos Takakura ini sangat sederhana dan bisa selesai dalam beberapa menit, yaitu:
- persiapkan keranjang berlubang untuk menjaga sirkulasi udara dan memastikan proses aerob berjalan dengan baik,
- Masukkan kardus untuk melapisi bagian bawah dan samping dalam keranjang,
- Masukkan bantal sekam & sekam padi ke dalam keranjang kurang lebih setebal 5 cm,
- Sisa makanan yang akan dikomposkan dipotong kecil-kecil dengan ukuran 2 cm, lalu dimasukkan ke dalam keranjang,
- Jika terlalu basah masukkan sekam padi lagi lalu diaduk,
- Siram atau semprot sampah dengan air starter pilih salah satu saja, mol nasi mol leri, atau EM-4,
- masukkan lagi sekam padi di bagian atas,
- Tutup keranjang dengan plastik hitam secara rapat agar lalat dan serangga tidak masuk,
- Tunggu hingga 14 hari masa fermentasi sampah organik siap pakai.
Produk pupuk dari metode Takakura ini berupa pupuk kompos padat. Melihat kondisi masyarakat Indonesia di masa pandemi ini, banyak orang memulai bercocok tanam sebagai hobi baru dan pupuk merupakan salah satu produk penting untuk tanaman. Apabila masyarakat bisa membuat pupuknya sendiri dari sampah organik rumahnya, maka pengeluaran yang diperlukan akan berkurang. Hal itu juga menjadi salah satu solusi dari masalah pertumbuhan timbulan sampah masyarakat karena sudah diolah sendiri dari rumah masing-masing.
Setelah mengetahui betapa mudahnya mengelola sampah organik dengan metode kompos Takakura, masyarakat bisa memulainya dari rumah masing-masing. Dalam beberapa tahun ke depan bukan tidak mungkin semua negara di dunia, termasuk negara kita Indonesia, mampu menghilangkan sebagian besar masalah yang berkaitan dengan sampah. Jelas, untuk sampai ke sana, diperlukan peran serta masyarakat yang besar. Dengan mengolah sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna dan berharga, kita membantu menjaga lingkungan tetap bersih dan mewariskannya kepada anak cucu di masa depan.
Sumber video: Channel Youtube Mochammad Izzulhaq