Lihat ke Halaman Asli

Mochammad Azis Qoharuddin

Dosen/LP3M IAIFA Sumbersari/IAIFA sumbersari

"Omong kosong" BL

Diperbarui: 15 Februari 2019   22:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat Indonesia pada umumnya sangat identik dengan budaya ketimuran yang mengedepankan tata krama, baik dalam perilaku, maupun ucapan. Umpatan atau pilihan kata yang tidak tepat akan berdampak besar, yakni akan ada sanksi sosial.

Sejak tadi malam jagat dunia Maya kita diramaikan dengan #uninstallbukalapak, #lupabapak, bahkan menjadi tranding topik Twitter. Disini saya mencoba tidak terjebak pada pilihan tersebut. Baik itu r & d ataupun presiden baru.

Saya lebih mengeksplor tentang awalan "OMONG KOSONG". Ada beberapa contoh:

Omong kosong khilaf

Omong kosong sudah meminta maaf

Omong kosong ngeles

Omong kosong pembelaan

Omong kosong, kata yang sangat menyakitkan. Kalau dalam agama Islam termasuk ghibah. Mengumpat sangat ditentang dalam Islam.

Kalimat yang diawali dengan kata umpatan tidak selayaknya keluar dari mulut siapapun. Karena pada prinsipnya kita ini sama-sama manusia, dan yang memahami bahasa kita juga manusia bukan setan.

Omong kosong dengan CEO

Omong kosong dengan founder

Omong kosong dengan pembuka lapangan kerja

Karena pilihan diksi yang tidak tepat berakibat buruk.

Salam omong kosong..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline