Lihat ke Halaman Asli

Mochammad sadita setyawan

Mahasiswa STIBA Ar-raayah Sukabumi

Fanatisme Bola dan Nyawa

Diperbarui: 8 Oktober 2022   07:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Awal bulan Oktober 2022 bumi persada mengalami duka yang melara. Di kaki gunung Ijen telah terjadi sebuah insiden yang tidak hanya dikenal oleh penduduknya namun membuat simpati para tetangga hingga liga tersohor dunia mengucapkan belasungkawa dengan kegiatan minute of silence.

Sebenarnya banyak yang patut untuk dipertanyakan oleh seluruh masyarakat dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari pihak panpel yang tidak dianggap profesional dan proporsional dalam perkembangan liga Indonesia, dari pihak siaran tv yang memaksakan pertandingan di malam hari, dari suporter yang masih mempertahankan nafsu egoisme mereka dengan melupakan sisi kemanusiaan dan nyawa yang hanya berlaku sekali di alam yang fana ini, dan pihak keamanan yang menggunakan senjata terlarang dalam mengamankan penonton yang anarkis.

Islam telah mengatur hal ini sejak 14 abad yang lalu dengan masyarakat yang memimpin dunia selama lebih dari 13 abad. Kebanggaan terhadap suatu kelompok/individu itu sah sah saja, namun ketika suatu kelompok dalam perlombaan mengalami kekalahan, ambillah dengan lapang dada dan evaluasi kedepannya untuk menjadikan kelompok yang dibanggakan lebih baik kedepannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline