Lihat ke Halaman Asli

Mochammad Syihabbudin M.Pd

Founder: Ruang pendidikan

Permainan Anak Kecil yang Lugu

Diperbarui: 16 November 2020   23:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

penulis : Mochammad Syihabbudin 

Perjalanan sebuah pendidikan sampai saat ini memang membutuhkan banyak perjuangan panjang tatkala diri ini menoleh ke perjalanan dulu ketika aku menjalani masa di mana proses dalam menjalani sebuah kehidupan dengan sangat menyenangkan, proses itu ketika aku berusia 4 tahun, anak sekecil itu sudah di kenalkan pendidikan sama orang tua, pendidikan memang menjadi sebuah keharusan dikeluarga kecil kami, terutama pendidikan Agama yang selalu melekat di karakter keluarga kami.

Umur sekecil itu aku sudah di kenalkan dengan begitu indahnya belajar membaca, menulis al-qur'an, sebuah dasar yang diberikan orang tuaku untuk membuat pondasi yang begitu kokoh perihal Agama di kehidupan ini.

Sebuah perjalanan yang begitu menyenangkan dengan teman- teman masa kecil yang tertawa lepas setelah pembelajaran selesai, sebuah dinamika yang ingin sekali aku ulangi tetapi aku sadar aku tidak bisa memutar waktu, aku baru teringat masa kecilku dulu sangat sibuk perihal belajar Agama dan belajar umum, sungguh proses yang aku jalani sehingga aku bisa berdiri kokoh sampai saat ini.

Masa kecilku dulu, memang  sudah menjalani berbagai macam kegiatan yang begitu menguras otak, tenaga dan waktu, aku harus sholat berjamaah disetiap subuhnya, persiapan menuju sekolah dasar selanjutnya aku di haruskan untuk pergi ke Madrasah salah satu sekolah Agama yang ada pada saat itu, disore harinya aku menjalani proses pembelajaran di TPQ sekolah yang mengajariku untuk menulis dan membaca al-qur'an, habis maghrib aku hurus mengaji di musholla yang di ajar oleh orang tuaku sendiri, dan habis solat isyak diri ini harus mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru di sekolah.

Hal seperti itu aku jalani setiap hari, berjuang setiap hari dan aku merasa nyaman, senang dengan kehidupanku pada waktu itu, mungkin untuk usia ku saat ini aku kesulitan menjalani rutinitas yang begitu padat seperti itu. Tapi yang aneh aku tidak merasa capek dalam menjalani kehidupan kecilku itu, aku selalu tertawa ketika berangkat sekolah dan aku selalu tertawa lebih keras ketika sepulang sekolah.

Anak sekecil itu sudah diajari perjuangan, kehidupan sosial yang begitu elegan oleh orang tuaku, aku sadar menurut sebagian orang anak kecil itu waktunya untuk bermain, anak kecil itu waktunya untuk bersenang- senang dengan teman- temanya, tetapi entah kesibukan itu sudah menjadi kebiasaan akhirnya aku tidak menghiraukan apa yang disampaikan oleh orang lain, kesibukan ku dulu itu saya anggap bermain dan saya juga gak pernah mikir masa depan pada saat itu, "aneh memang", kesibukan mencari ilmu sudah saya anggap permaianan yang menyenangkan, proses pencarian menata kehidupan bagaikan permainan mobil- mobilan yang bisa membuat aku tertawa lepas.

Entah aku beranggapan orang tuaku jahat atau tidak, yang jelas pada saat ini aku menikmati hasil dari proses itu, pendidikan yang ditanamkan sejak dini menjadikanku sangat berambisi untuk mewujudkan cita- cita, sebuah impian yang sudah diberikan dasar oleh orang tua, tinggal bagaimana aku melanjutkan impian itu, tetapi yang paling manarik untuk saat ini, saya menganggap sebuah kesibukan adalah permainan yang menyenangkan, permainan yang menurut sebagian orang adalah bencana. Pendidikan adalah permainanku, sebuah game yang begitu menarik untuk ditamatkan sampai pendidikan yang paling atas.

Saya sangat bangga mempunyai orang tua yang mengajariku untuk memberi sebuah game yang bermafaat di kehidupanku saat ini, sebuah wahana dalam dunia pendidikan yang sangat menyenangkan sehingga apa yang aku lakukan saat ini adalah permainan. Kehidupan masa kecil itu mengajariku dasar yang begitu menawan sampai aku lulus sekolah dasar, madrasah tsanawiyah dan sekolah menengah atas, kesibukan itu masih terjaga, kesibukan itu tidak aku anggap beban.

Dan yang aneh selayaknya seorang anak yang begitu lugu menjalani sebuah permainan yang sangat menyenangkan sehingga proses dalam pendidikan itu aku menjalani begitu gembira dengan menjalani setiap detik, setiap menit dan setiap jamnya dengan bahagia dan tidak mempunyai cita- cita yang besar yang membuat diri ini lelah dalam mengejarnya. Aku sadar betul ambisi dalam mengejar cita- cita merupakan hal yang sebagian orang adalah kewajiban tapi tidak dengan aku. Sebuah kebiasaan yang diajarkan oleh orang untuk selalu menjalani apa yang ada dan serius dalam kegiatan hari itu sehingga aku menikmati betul permainan dalam pendidikan pada saat itu.

Kesibukan itu akhirnya mengharuskanku untuk belajar lebih giat lagi, ketika aku lulus dari sekolah menengah, dimana aku harus menjalani kehidupan dengan mandiri, karena pada waktu aku lulus itu aku sadar betul orang tua sudah semakin tua, diri ini sudah semakin dewasa dan diri ini sudah malu untuk meminta uang jajan kepada orang tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline