Malam terus merambat turun. Dingin. Sepi. Tapi belum juga ada tanda-tanda orang yang ditunggu. Lima tubuh yang kedinginan itu tetap berusaha untuk tetap tersembunyi.
Sudah lima malam mereka melakukan pengintaian. Dan selalu saja gagal. Sepertinya, tindakan kelima sekawan itu telah tercium oleh sasaran sehingga sasaran tak datang. Sudah hampir kecewa. Bahkan mereka tak akan melakukan pengintaian lagi, jika pada malam kelima ini juga hanya menemui suasana sepi nan dingin.
“Awas!” teriak Zaki.
Keempat kawannya langsung waspada. Rido yang daritadi duduk sambil menepok-nepok nyamuk langsung bersembunyi. Ramadan yang sedang bersiul langsung menghentikan siulannya. Bahkan Faiz langsung meloncat ke dalam semak hingga kakinya terkena duri. Tapi tak berani teriak, hanya meringis sambil menahan rasa sakit.
“Ada apa?” tanya Ramadan.
“Kodok! Hahahahaaa....!” kata Zaki.
“Sialan kamu, Zak. Aku pikir ada yang datang!” kata Faiz agak marah sambil meringis.
“Kenapa Iz?” tanya Rido.
“Kena duri.”
“Gara-gara kamu tuh, Ki,” kata Ramadan.
“Aku kan Cuma bilang awas!” Zaki tak mau disalahkan.