Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

Baju Batik Jahitan Ibu

Diperbarui: 4 Februari 2024   08:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompas.com

Setelah bapak meninggal,  aku hanya berdua sama ibu tinggal di rumah itu.  Rumah warisan nenek karena bapak anak tunggal. 

Ibu menjadi penjahit baju di kampung.  Selain, ibu ada penjahit satu lagi di kampung itu. Tapi, secara alami berbagi jahitan.  Ibu khusus menjahit baju atau apa pun yang berkaitan ibu-ibu. Sedang penjahit satunya lagi, kebetulan seorang laki-laki,  menjahit apa pun yang berkaitan dengan kaum adam. 

Walaupun aku hidup serumah dengan ibu tapi seingat aku, aku belum pernah  tidur sekamar dengan ibu. Kami tidur di kamar berbeda.  

"Ini baju batik untuk kamu," kata Ibu setiap menjahitkan baju batik. 

Ibu selalu memberiku baju batik. Katanya, karena kita orang Jawa.  Jadi, di lemari bajuku tak ada baju selain batik.

"Kamu teruskan sekolahmu di kota ya," kata Ibu seusai aku lulus SMP. Di kampung ku waktu itu belum ada SMA.  Siapa pun yang mau meneruskan sekolah setamat SMPN harus ngekos di kota kabupaten. 

"Inggih, Bu. "

Aku tak pernah menjawab selain kata itu. Aku tak tega jika ada guratan sekecil apa pun jika itu sebuah cermin kekecewaan di wajah ibu.

Termasuk bertanya.  Aku tak pernah bertanya tentang apa pun pada ibu. Meskipun ada rasa penasaran dalam hatiku. 

Baru dalam tulisan ini rasa penasaran itu aku ceritakan.  Karena Ibu juga sudah tak mungkin kecewa lagi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline