Aku pengin seperti dia, tapi sampai saat ini belum bisa sepenuhnya.
Guruku waktu di SD adalah seorang ibu yang sudah sepuh. Dia mengajari anak muridnya dengan tekun.
Emang tak ada anak nakal waktu itu, bahkan bertemu tatap muka dengan guru pun tak asa yang akan berani melakukannya.
Hal yang mungkin bisa membuatnya marah, adalah kebodohan kami, anak anak kampung yang kurang gizi.
Sulit banget perasaan untuk bisa mengikuti pelajaran. Apalagi matematika. Berulang ulang diajarin nya, tetap saja otak kami jeblok.
Hal yang terus saya ingat sampai hari ini, adalah kemampuan guruku itu untuk tidak marah. Sepanjang belajar dengannya tak pernah satu kali pun marah.
Padahal kalau beliau marah dengan sedikit kata kata saja, kami, anak kampung ini, pasti sudah ketakutan setengah mati. Bahkan mungkin tak berani datang ke sekolah lagi.
Mungkin beliau tahu hal itu juga. Sehingga beliau tak mau marah pada kami.
Hanya sorot mata kasih sayang yang kami dapatkan setiap hari. Sebuah keteduhan yang begitu dalam.
Yang masih saya rasakan hingga kini. Ketika saya sudah menjadi guru juga.