Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

Menunggu Hari Selasa

Diperbarui: 4 November 2023   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Aku tak perlu menyebut namaku ya? Amggap aja kita sudah saling kenal. Sudah seperti keluarga.  Keluarga yang sangat dekat.

Kenapa kamu menunggu hari Selasa?

Aku kemarin melihat Gus Baca Puisi.  Puisi yang katanya sudah pernah dibaca dibaca pasa zaman orde baru.  Zaman Soeharto.  Mungkin kamu sendiri masih kecil. Atau bahkan belum lahir.

Waktu Gus Mus membacakan puisi itu, Gus Mus tidak ditangkap.  Padahal kamu tahu sendiri  jika nyeleneh sedikit saja  pasti kebebasan bahkan nyawamu taruhannya. Contohnya Wiji Tukul.  Gak pernah ketemu jejaknya hingga kini.

Yang nasibnya tragis justru panitianya.  Tapi masih mending karena panitia cuma diamankan.  Kamu pikir begitu kan? Padahal kata diamankan zaman orde baru itu justru semakin tidak aman.

Aku juga ngelihat wawancara Rosi dengan penyair Gunawan Muhamad.  GM sampai nangis lho melihat nasib negeri ini, kini. Padahal penyair yang pernah dimanikebokan Rezim Orde Lamanya Soekarno itu mungkin tak meneteskan air mata di tahun 60-an. 

GM juga pernah  dibredel majalah yang dikelola nya Zaman Orde Barunya Sorharto,  tapi mungkin juga tak pernah meneteskan air mata. Kenapa  saat diwawancarai Rosi,  beliau menangis?

Iya, apa yang kamu tunggu hari Selasa?

Aku ngomong, gak, ya? Kamu memang sudah aku anggap keluarga.  Bahkan lebih. Setiap  aku gak punya uang, aku juga selalu bilang, "Biar silaturahmi gak putus,  pinjem dulu seratus. " Tanpa tanya apa apa, kamu langsung meminjaminya.

Udahlah, terus terang saja, apa yang kamu tunggu di hari Selasa?

Ehmmmm........




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline