Bayangan saya, politik itu bisa diprediksi. Perjalanan partai politik dengan para politikus di dalamnya kan perjalanan harian. Mereka sudah bolak balik muncul di layar kaca atau dikutip di koran koran maya.
Tapi tetap saja membingungkan. Masa sein kiri tapi belok kanan. Sudah kayak mau kawin, tapi malah saling sikut tak tentu arah. Malah bolak balik bilang tidak, tapi iya.
Kemarin maki maki, sekarang puji puji. Kemarin puja puji, sekarang maki maki. Padahal semuanya sama. Hanya sekarang berdirinya saja bergeser.
Kalau politik itu cuma kepentingan, tapi partai politik kan punya ideologi. Bukan gerombolan yang ketemu di perempatan.
Benar-benar pusing kepala saya jika sebagai guru ingin mengajarkan integritas pada anak-anak. Susah mencari sosok konkret.
Masa iya, kalau seseorang pilih partai A tanpa ada alasan yang jelas? Tapi politikus tiap partai saja pindahan dari partai lain ya? Bahkan ada yang pernah memeluk 4 partai. Mungkin masih akan nambah lagi.
Sebegitu parahnya partai politik dan para penghuninya di negeri ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H