Keuntungan Jokowi ketika bertarung melawan Prabowo pada pemilu 2014 adalah karena beliau masih memakai baju coklat pada saat itu. Jokowi baru 2 tahun memimpin Jakarta dengan gayanya yang benar-benar merakyat.
Sehingga setiap hari, bahkan setiap detik, Jokowi menjadi pusat pemberitaan. Melawan Prabowo yang waktu itu posisinya sangat kuat, tanpa pemberitaan masif menjadi sesuatu yang sangat mustahil untuk mampu menggulingkan dominasi Prabowo.
Nyaris sama jika Anies tidak terkena aturan baru tentang pemilukada serentak yang diundur. Jika hari ini ada pemilukada DKI, sudah dapat dipastikan Anies Baswedan akan mampu melenggang memimpin Jakarta tanpa perlawanan berarti.
Sayang, hari ini Anies sudah berpamitan dengan warga Jakarta. Berarti, besok Anies hanya warga biasa. Hanya ditambahi capres dari NasDem.
Tentu tak semenarik saat Anies masih memakai baju coklat. Setiap hari, bahkan setiap detik, ada saja pemberitaan tentang Anies.
Jakarta memang segalanya. Bukan hanya pusat pemerintahan, tapi juga pusat pemberitaan. Apa yang terjadi di Jakarta semua warga di negeri ini akan segera tahu. Seolah olah kejadian itu penting.
Menjadi orang nomor satu di Jakarta juga akan menjadi pusat pemberitaan. Maka, sangat wajar jika Kang Emil sebagai orang Bandung kalah tenar dari Anies yang orang Jakarta.
Apakah besok masih ada berita tentang Anies?
Ada. Tapi sudah sangat terbatas. Kemungkinan hanya tentang aktivitas politik nya. Dan aktivitas politik yang akan diberikan adalah aktivitas yang tidak biasa. Kalau hanya pertemuan ini pertemuan itu, kemungkinan besar akan menjadikan berita pinggiran. Yang kemungkinan besar hanya dilirik belaka.
Anies tanpa baju coklat sudah tak menarik untuk diberitakan. Dan hanya sedikit pula yang dapat dijadikan berita tentangnya.