Ada dua tokoh agama yang hadir di Kedung Ombo pada saat Orde Soeharto demikian kuatnya. Ya, ada Gus Dur dan Romo Mangun.
Dua tokoh agama yang juga tokoh kemanusiaan itu hadir membela air mata yang tumpah di Kedung Ombo. Hati mereka berdua terusik oleh suara isak tangis mereka.
Semua orang tahu jika Gur Dur juga seorang politikus ulung. Mendirikan PKB pada saat yang tepat. Dan kemudian duduk di istana negara.
Tapi politik Gus Dur bukan politik murahan seperti ditunjukkan oleh politisi politisi karbitan yang malang melintang di negeri ini saat ini. Politik Gus Dur adalah politik kemanusiaan. Karena kemanusiaan ada di atas segalanya.
Tak boleh ada kekerasan di Papua. Gus Dur hadir di Papua bukan sebagai politikus yang haus kekuasaan. Gus Dur hadir di Papua dengan politik kemanusiaan.
Kemanusiaan adalah bahasa universal. Siapa pun akan menerima bahasa universal itu jika masih memiliki hati yang bersih. Kekotoran hati yang menolak politik kemanusiaan.
Pembangunan bukan mantra manjur untuk kesejahteraan. Tapi masih banyak kepala kopong yang menjadikan pembangunan sebagai satu satunya mantra menuju kesejahteraan.
Akhirnya, justru korban korban muncul karena pembangunan yang kehilangan kemanusiaan. Pembangunan adalah piramida di atas darah yang menggenang di bawahnya.
Oleh karena itu, kita harus betul-betul paham makna pembangunan. Bukan hanya berorientasi pada hasil. Bukan pada bangunan bangunan ikonik belaka. Pembangunan juga harus berprikemanusiaan dalam prosesnya.