Yang paling mengkhawatirkan para guru adalah masuknya E-Sport dalam Kurikulum. Guru akan semakin kewalahan dalam menjaga anak tidak kecanduan game online.
Kabar E-Sport masuk Kurikulum memang semakin santer. Seolah-olah dengan masuknya E-Sport dalam Kurikulum maka semakin maju peradaban kita. Sebuah kesalahan berpikir.
Atlet atlet E-Sport memang perlu dipersiapkan. Akan tetapi, mempersiapkan atlet atlet E-Sport tentu tidak harus dengan memasukkan materi E-Sport dalam sebuah Kurikulum.
Mengapa?
Sebuah materi yang masuk dalam Kurikulum maka memiliki konsekuensi harus diajarkan. Ketika sebuah materi diajarkan maka materi tersebut juga harus diukur ketercapainnya melalui tes.
Dan jika sudah demikian, semua siswa dipaksa untuk mengikuti pembelajaran yang belum tentu disukainya. Kalau pun disukainya belum tentu memiliki fasilitas untuk pembelajaran nya.
Tanpa pembelajaran dalam Kurikulum pun game online sudah mengkhawatirkan para guru karena dapat mengakibatkan kecanduan. Jika seorang siswa sudah kecanduan game online maka semuanya, selain game online, akan diabaikan semua. Bahkan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, jika ingin memasukkan E-Sport dalam Kurikulum maka tinjauan nya harus lebih baik lagi. Jangan sampai tujuan baik tapi panen persoalan ikutan.
Semoga E-Sport cukup dimasukkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Hanya untuk mereka yang memiliki minat tinggi. Dan tentu saja dapat diarahkan ke arah permainan yang positif.