Cukup bikin senang juga sih denger Rafi Ahmad beli klub sepak bola. Kemudian denger lagi Atta Halilintar bergerak juga mengikuti apa yang sudah dilakukan oleh Rafi.
Selama ini, klub sepak bola memang banyak yang terseok-seok. Terutama setelah ada aturan pelarangan dana APBD digunakan untuk pengelolaan klub sepak bola di daerah. Sumber dana untuk pengembangan sebuah klub benar-benar kemarau.
Klub sepak bola tanpa sumber dana berakibat pada kondisi pemain yang hidup dalam ketidakpastian. Banyak pemain yang akhirnya berpikir pragmatis karena tak mungkin hidup layak dari sepak bola. Demikian juga hati orang tua yang ketar ketir melihat nasib anaknya kelak jika menekuni dunia yang satu ini.
Banyak anak berbakat terpaksa harus undur diri dari dunia bola. Dampak lanjutannya, jelas pada kualitas pemain negeri ini yang bahkan harus bertekuk lutut terhadap Vietnam.
Tak akan habis bakat alam di dunia gocek bola di negeri ini. Selama ini, bahkan dari Papua begitu melimpah bakat alam itu. Tentu, banyak juga di daerah daerah lain jika ditelisik dengan teliti.
Akan tetapi, bakat alam itu tak bisa berkembang maksimal karena tidak dibarengi dengan keunggulan dalam teknologi olahraga, dalam hsl ini sepak bola. Sepak bola modern tentu tak mungkin lagi hanya mengandalkan bakat alam. Bakat alam harus di beri sentuhan teknologi.
Pemain pemain hebat seperti Ronaldo tidak hanya hebat secara bakat tapi juga hebat karena teknologi yang menyertai kehidupannya.
Artis seperti Rafi jelas memiliki sumber dana yang bagus. Diharapkan akan muncul perubahan perubahan dalam pengelolaan sebuah klub sepak bola. Sepak bola bukan lagi hiburan kampungan. Sepak bola benar-benar menjadi hiburan bermutu.
Suporter sepak bola sudah beradab. Mencintai sepak bola dengan rasional. Sebagai hiburan bersama. Bukan tempat pelampiasan kesumpekan hidup mereka.
Diharapkan akuisisi klub sepak bola oleh artis bukanlah sebuah langkah politis para artis yang ingin menjadi penguasa daerah. Jangan sampai sepak bola hanya dijadikan batu loncatan belaka.