Geger Demokrat baru akan berakhir kalau salah satu pihak melempar handuk. Dalam pelajaran bahasa Indonesia di SMP, lempar handuk berarti menyerah. Tidak bisa melanjutkan pertandingan. Misalnya saja pada saat pertandingan tinju. Jika pelatih salah satu pihak melempar handuk ke arena tinju maka wasit akan menghentikan pertandingan. Dan pihak yang melempar handuk dinyatakan kalah.
Kemungkinan dari situ asal muasal istilah lempar handuk yang berarti menyerah. Sekarang sudah dipakai di mana saja. Termasuk dalam kontestasi politik di negeri ini. Lebih tepatnya, dalam tubuh Demokrat.
Kamdi cengar-cengir sendirian di pos ronda yang masih sepi. Kamdi sedang membaca berita di grup WA.
Sudah terkonfirmasi bahwa AHY memang benar-benar melempar handuk.
"Berarti bola panas sekarang ada di Muldoko, " kata Kamdi dalam hati.
Kamdi tidak memihak salah satu pihak dalam pertandingan kurang sehat di Demokrat ini. Tapi, Kamdi suka bersorak kalau ada pihak yang terkena pukul pihak lawan. Apalagi kalau pukulannya telak.
Semua orang tahu, selama ini Kamdi Golput. Kalau ada serangan fajar selalu diterima tapi gak pernah datang ke TPS. Ketika orang yang memberi serangan fajar protes, Kamdi mengancam akan melaporkan orang itu. Akhirnya, Kamdi selamat menikmati serangan fajar dari semua pihak.
Contoh tidak baik. Sebaiknya lupakan saja cerita Kamdi yang ini.
"Senyum sendirian, Kamdi? " tanya Bogel yang baru datang ke pos ronda sambil membawa sebungkus rokok dan segelas kopi.