Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

Laki-laki Kalah

Diperbarui: 7 Maret 2021   10:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pixabay.com

Laki-laki itu tetap saja meratap. Sorot matanya begitu redup. Tak ada lagi warna yang dulu selalu aku banggai bersama teman teman. 

"Matanya menghujam, " kata Tutik meledekku. 

"Biasanya kerisnya tajem. Dengan lekuk tujuh yang menyayat, " tambah Safina. 

Entah mengapa. Sebetulnya, aku sendiri tak begitu peduli.  Pada laki-laki yang menjadi dambaan perempuan di kampung ku itu. Teman temanku yang begitu ramai mengidolakan nya. 

Anehnya, Didi justru memilih aku. Katanya ada sesuatu yang tersembunyi dalam sorot mataku yang lembut. Aku sendiri waktu itu tidak begitu faham. Baru saat ini, aku memahami itu semua. 

"Kamu harus minum jamu setiap pagi dan sore, " tambah Vivi. 

"Emang kenapa, Video?" tanya Safina sambil tersenyum. 

"Buat ngimbangin kekuatan Didilah. Badan kayak gitu, bisa minta jatah lima kali semalam. "

Dan mereka semua tertawa. Cuma aku yang tersenyum. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline