Cuitan Novel Baswedan dilaporkan. Membaca berita seperti itu jadi ingat Jokowi. Jokowi pengen dikritik. Jokowi butuh dikritik.
Selama ini bertebaran tulisan yang mencoba membedakan antara kritik dengan asal mangap. Kalau kritik sangat dibutuhkan. Kritik itu sehat. Kritik berangkat dari fakta. Sedangkan asal mangap biasanya berasal dari kebencian.
Setuju dengan tulisan tulisan tersebut. Karena memang negara pun butuh oposisi biar dikritik. Biar diberikan alternatif. Sehingga akan muncul jalan paling baik.
Di sisi lain, ada manusia manusia tukang lapor. Seperti mata mata saja. Semua gerak langkah warganegara diintip. Bukan hanya diintip akan tetapi dicari cari kesalahan nya.
Dan orang orang seperti ini, seperti nya hanya mencoba menyasar kelompok oposisi, jika bisa dikatakan begitu. Jadi, orang orang yang sering bersuara beda dengan pemerintahan.
Entah motifnya apa. Beberapa pengamat mengatakan bahwa motif ekonomi lebih bisa dilihat. Mereka mencoba seakan akan membela pemerintahan dengan laporan laporan tersebut. Padahal, mereka punya agenda tersendiri. Bisa jadi mereka justru mencoba memancing kebencian masyarakat terhadap pemerintahan dengan caranya tersebut.
Sebagai orang yang awam hukum, mestinya hal demikian diatur jelas. Bagi orang orang yang berprofesi sebagai tukang lapor harus diberikan hukuman setimpal jika laporan yang dilakukan nya ngasal. Karena mereka juga sama gendeng nya dengan kritikus yang asal mangap.
Kemudahan seseorang melaporkan membuat kehidupan bermasyarakat jadi tidak sehat. Negara seolah olah bebas mrmata matai warna nya sendiri. Padahal, mereka sama sekali bukan representasi negara. Bisa jadi mereka justru menghancurkan negara.
Ketika oposisi sudah mati, masyarakat akan bicara tanpa perwakilan. Ini salah dalam mengatur negara juga. Kenapa semua partai menjadi pendukung pemerintah?
Di sisi lain, partai juga begitu lemah. Seakan akan tak bisa hidup jika tidak bergantung pada pemerintah. Sehingga mereka enggan menjadi oposisi. Takut mati.