Segalanya perlu proses. Tak ada yang bisa diburu buruin terus hasilnya bagus. Bisa diburu buruin tapi hasilnya pasti akan mengecewakan.
Demikian juga dalam berkarier. Tak usah terburu buru pengin berhasil. Apalagi terus pengin duduk di puncak.
Anak muda kadang memang selalu bersemangat tinggi. Saking bersemangat nya sehingga malah terburu buru. Ada nuansa antara bersemangat dengan buru buru. Dalam bersemangat ada buru buru tapi masih penuh perhitungan. Sedangkan dalam buru buru juga ada semangat tapi kurang jeli dalam memperhitungkan segala kemungkinan.
Pimpinan puncak yang berhasil biasanya bukan hasil karbitan. Sehingga ada orang tua pemilik perusahaan tak mau buru buru menempatkan anaknya di tempat yang empuk. Anak anaknya disuruh merangkak dari bawah. Sehingga tahu betul bagaimana posisi itu dihayati oleh para pemegangnya.
Pemimpin yang sudah berangkat dari bawah, akan semakin matang ketika di atas. Segala persoalan dilihat dari berbagai sudut. Sehingga tidak salah obat.
Karier yang dimulai dari bawah bukan sebuah cela. Karier yang tak selalu enak juga dapat menjadi sebuah pelatihan yang bagus. Jangan terlalu perasaan. Sehingga rotasi pun sering dianggap sebagai pembuangan atau penyingkiran.
Apalagi dalam politik. Kita dapat melihat mana politikus karbitan dan mana politikus sejati. Politikus karbitan biasanya dapat jabatan langsung di puncak. Bukan karena kerja kerasnya tapi karena keturunan belaka.
Akibatnya, tinggal nunggu waktu belaka. Akan terjadi guncangan saay sang pelindung tak ada lagi. Berbeda dengan orang yang berhasil naik karena kerja keras. Ia akan tahu persis arah mana yang harus dituju.
Oleh karena itu, jangan buru buru. Orang Jawa bilang jangan kesusu. Atau bisa jiga ditulis jangan ke susu. Karena kalau kesusu, pikiran jadi gak bisa konsentrasi.
Banyak penyakit muncul karena orang kota yang hidupnya serba kesusu. Mereka hifup seakan sedang dikejar kejar setan. Tidak pernah tenang menimati apa yang sudah dimiliki. Apalagi bersyukur?