Seharusnya memang begitu. Tak boleh ada teman dalam berbisnis. Beda nilai di antara keduanya. Jika digabung malah jadi kacau keduanya.
Bukan berarti kita tidak boleh memiliki teman ketika kita mulai melangkahkan kaki untuk berbisnis. Sama sekali bukan begitu. Teman, tetap penting dalam kehidupan seseorang. Orang tanpa teman jelas kering. Bahkan mungkin bisa dikategorikan sebagai sakit juga.
Maksudnya tentu cuma memisahkan di antara keduanya. Ketika sedang dalam jabatan atau kepentingan bisnis, maka nilai nilai bisnis itu yang di kedepankan. Tak ada istilah, kita kan teman, masa gitu?
Jika ada keharusan atau tanggungan yang tidak sesuai dengan apa yang sudah disepakati maka harus dibatalkan. Jika ada keterlambatan dalam pemenuhan janji, maka harus diberikan pinalti.
Sesudah membatalkan, apakah kemudian hilang teman? Tidak. Kita tetap bisa makan bareng, bercanda dan apa pun layaknya teman. Sesudah dikenai pinalti, kita juga bisa ngopi bareng bersama dia. Karena teman tetap teman. Teman itu hubungan di luar bisnis.
Hanya saja, tak sedikit orang yang mencampur baurkan antara hubungan pertemanan dengan hubungan bisnis. Ketika ada kesalahan, karena teman maka boleh saja. Ketika waktu tak sesuai janji juga dibiarkan saja. Maka, semua nya menjadi berantakan.
Apalagi jika hubungan bisnisnya merupakan hubungan kerja sama. Ketidaktaatan satu pihak jelas akan merugikan perusahaan bersama. Ketaktaatan salah sati pihak, jelas akan menghancurkan pihak lain.
Sekali kali jangan seperti itu. Bisnis harus dijalankan secara profesional. Bisnis keluarga banyak yang hancur hanya sampai keturunan ketiga karena kurang menjaga profesionalisme.
Biasanya, generasi pertama membangun. Generasi kedua membesarkan. Dan generasi ketiga yang menghancurkan.