Kamdi bingung harus mencari uang ke mana, ketika bininya bilang beras tinggal cukup untuk makan hari ini. Sebagai kuli bangunan, kerjaan Kamdi benar-benar tergerus Korona. Banyak proyek yang ditunda pelaksanaannya.
Kalau proyek bisa ditunda karena korona, tapi untuk makan kan tidak mungkin ditunda meski cuma sehari. Jangan sampai aman dari korona tapi tak aman dari kelaparan.
"Ada kerjaan, Jo? " tanya Kamdi sama Parjo.
Tapi Parjo pun cuma bisa geleng kepala. Biasanya sama Parjo memang silang kerja. Kalau Parjo lagi ada kerjaan terus ada tawaran baru tawaran itu pasti dilempar ke Kamdi. Sebaliknya juga gitu.
Sekarang sama sama tak punya kerjaan. Mau pinjam uang juga tak mungkin. Parjo juga paling lagi kesulitan uang. Tapi, Parjo agak untung dikit karena bininya punya warung kelontong, walaupun kecil.
"Ada kerjaan? "
Pertanyaan itu juga Kamdi pada beberapa teman yang suka nongkrong di warkop. Tapi mereka juga cuma bisa geleng.
"Kalau ada kerjaan, gue juga gak di sini, Di. "
Aduh, kalau sudah begini mesti gimana? Kalau harus maling atau rampok gak mungkin lah. Jelek jelek begitu, Kamdi dulu rajin ngaji waktu masih di kampung. Dan hukuman nyolong atau ngerampok itu cuman atu, neraka Jahannam.
Kamdi tak ingin masuk neraka Jahannam yang kata ustadnya apinya gak pernah padam itu. Tapi, Kamdi juga tak ingin keluarga nya kelaparan.