Nasib para pemain bola semakin tidak jelas membersamai kebelumjelasan kompetisi di negeri ini. Kabar terakhir yang saya baca malah peniadaan aktivitas di klub sebesar Persipura.
Pemain bola profesional memang sudah hidup bersama bola. Ketika bola belum juga diberikan izin untuk melakukan kompetisi, maka banyak hal yang berkaitan dengan bola terganggu kehidupan nya. Dan yang paling terganggu adalah pemain bola sebagai pelaku utamanya.
Banyak pemain asing yang saat ini keluar dari negeri ini karena tidak jelasnya nasib mereka sebagai pemain bola. Sedangkan pemain dalam negeri juga diberitakan harus rela bermain bola di kompetisi antar kampung.
Para suporter bola juga sudah rindu para pemain kesayangan mereka berakrobat di atas rumput hijau. Sorak sorai yang begitu membahana di seantero lapangan penuh gegap gempita.
PSSI harusnya berpikir keras tentang hal ini. Sebetulnya tak perlu keras keras banget mereka berpikir, toh sudah ada contoh kompetisi yang berjalan dengan baik di Eropa misalnya.
Bisakan kita meniru mereka dalam menjalankan kompetisi di era pandemi covid ini? Apalagi yang harus dipikirkan?
Selama ini bola panas selalu dilemparkan pengurus PSSI kepada kepolisian yang belum memberikan izin sehingga kompetisi belum bisa berjalan. Ada masalah apa sebenarnya sehingga polisi belum memberikan izin itulah yang harusnya dipikirkan matang matang oleh pengurus PSSI. Jangan malah terkesan bersembunyi dengan baik dan benar di balik itu.
Ketua PSSI sendiri mantanseorang jenderal polisi. Seharusnya, koordinasi di antara dua lembaga ini lebih mulus bukan terkatung-katung seperti ini.
Dalam hal ini, keaktifan pengurus PSSI lebih dituntut. Bagaimana persoalan persoalan yang dianggap ganjalan oleh polisi dalam memberikan izin segera di atasi sehingga polisi juga dapat jaminan jika izin diberikan tidak ada buntut persoalan yang sebetulnya tak perlu malah muncul menjadi beban mereka.